Pebisnis pasti sudah tidak asing dengan istilah laba yang menjadi tujuan ketika menjalankan usaha. Tak semua laba akan masuk kantong pengusaha serta pemegang saham. Laba bisa jadi ditahan karena berbagai alasan, seperti pengembangan bisnis.
Laba ditahan dapat ditemukan di neraca perusahaan dan terletak di bagian bawah ekuitas pemegang saham pada akhir setiap periode akuntansi. Hal tersebut dikarenakan laba ditahan masih merupakan laba yang dimiliki oleh pihak perusahaan, meski tidak secara langsung.
Jadi, apa definisi laba ditahan? Bagaimana karakteristiknya? Lalu kaitan laba ditahan dengan dividen seperti apa? Dan yang penting, bagaimana cara menghitung laba ditahan?
Pengertian Laba Ditahan
Dikutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan, pengertian laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan (retained earning).
Jumlah laba yang tidak dibagi itu dapat digunakan oleh perusahaan untuk tambahan modal atau untuk memperbesar modal perusahaan. Laba ditahan (retained rarnings) dalam penyajian laporan neraca ada pada posisi pasiva.
Laba ditahan menurut para ahli seperti Donald E Kieso menuliskannya dalam buku “Akuntansi Intermediate”. Kieso menyebutkan laba ditahan merupakan laba yang ditahan untuk digunakan dalam aktivitas bisnis.
Sumber dasar laba ditahan adalah laba dari operasi. Pemegang saham menanggung risiko terbesar dalam operasi perusahaan dan memikul setiap kerugian dan keuntungan dari aktivitas perusahaan. Setiap laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham akan menjadi tambahan ekuitas.
Adapun Bambang Riyanto dalam buku “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan” menyatakan arti laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan.
Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, dibentuklah cadangan. Namun apabila belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan laba perusahaan, laba tersebut akan menjadi laba yang ditahan.
Karakteristik Laba Ditahan
Karakteristik laba ditahan, sesuai dengan definisnya, belum diperhitungkan untuk dibagi ke berbagai sektor yang berhak menerima dana seperti pemegang saham atau investor. Beberapa faktor yang melatarbelakangi penahanan laba antara lain:
1. Adanya kesalahan laporan keuangan pada periode sebelumnya
Laba dapat ditahan ketika akuntan belum bisa memberi data valid. Untuk menghindari kecurangan dan kerugian dalam pembagian laba, pembagian akan dihentikan sampai laporan keuangan benar atau sesuai.
2. Perubahan metode perhitungan
Perubahahan metode perhitungan kerap menjadi alasan laba ditahan. Misalnya, metode perhitungan sebelumnya selalu memberlakukan sistem bulanan lalu diubah per hari.
3. Perubahan prinsip akuntansi dari periode sebelumnya
Perubahan prinsip akuntansi dari periode sebelumnya dapat mempengaruhi laba ditahan. Contohnya, perubahan dalam metode perhitungan, model laporan keuangan yang disusun serta skema akuntansi.
4. Adanya perubahan pemegang kendali manajemen perusahaan
Penahanan laba pada kasus ini sendiri dilakukan dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kerja, menekan tindak kecurigaan, serta kecurangan. Hal ini dilakukan agar manajemen baru mampu menyesuaikan diri dan menunjukan kredibilitas manajemennya dalam mengelola keuangan.
5. Adanya penyesuaian nilai rupiah dari periode sebelumnya
Nilai tukar rupiah bisa naik dan turun sewaktu-waktu. Jika perubahan nilai tukar itu mempengaruhi hasil perhitungan laba perusahaan secara signifikan, akuntan biasanya memutuskan menahan laba yang ada.
Kaitan Laba Ditahan dengan Dividen
Laba ditahan memiliki keterkaitan yang kuat dengan dividen. Dividen adalah hak pemegang saham atas raihan laba yang dihasilkan perusahaan. Laba ditahan sesungguhnya merupakan hak milik pemegang saham yang masih dipegang perusahaan untuk ekspansi bisnis.
Ketika laba ditahan tersebut diputuskan untuk didistribusikan ke pemegang saham, barulah disebut sebagai pembagian dividen. Pembagian dividen berdasarkan jumlah lembar saham yang dimiliki tiap-tiap pemegang saham.
Kebijakan pembagian dividen ini berbeda dari waktu ke waktu tergantung situasi dan kondisi perusahaan. Jika perusahaan melihat adanya prospek yang bagus di masa depan, sebagian dari keuntungan yang diperoleh tersebut akan ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan untuk menambah kebutuhan modalnya atau membiayai sebagian besar kebutuhannya sendiri.
Rumus Laba Ditahan
Cara menghitung laba ditahan adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi - Dividen yang Dibayarkan.
Contoh Laba Ditahan
Perusahaan A telah memulai bisnis sejak April tahun ini. Akun laba ditahan pada April bernilai Rp 0 karena perusahaan A belum memiliki penghasilan laba ditahan.
Selama satu bulan pertamanya, perusahaan A mendapat laba bersih sebesar Rp 1.000.000 dan tidak membagikan dividen sama sekali. Jadi, laba ditahan perusahaan A pada bulan Mei adalah:
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan.
Laba Ditahan = Rp 0 + Rp 1.000.000 – Rp 0
Laba Ditahan Mei = Rp 1.000.000
Bulan berikutnya, keuntungan perusahaan A sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan A memutuskan untuk membayar dividen tunai dan menerbitkan dividen saham sebesar 5 persen.
Perusahaan A memiliki total 10.000 lembar saham biasa yang beredar dan harga pasar setiap lembar saham adalah Rp 10.000. Artinya, jika perusahaan A akan menerbitkan 500 dividen saham, maka masing-masing akan mengurangi laba ditahan sebesar Rp 10.000.
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan.
Laba Ditahan = Rp 1.000.000 + Rp 10.000.000 – [500 x Rp 10.000]
Laba Ditahan = Rp 11.000.000 – Rp 5.000.000
Laba Ditahan Juni = Rp 6.000.000
Bulan berikutnya lagi, perusahaan A mendapat keuntungan sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan A memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 2.000.000 kepada pemegang saham. Maka, nilai laba ditahan yang terbaru adalah sebagai berikut.
Laba Ditahan = Laba Ditahan Saat ini + Laba Bersih atau Rugi – Dividen yang Dibayarkan.
Laba Ditahan = Rp 6.000.000 + Rp10.000.000 – Rp 2.000.000
Laba Ditahan Juli = Rp 14.000.000