Dedolarisasi, Upaya BRICS dan ASEAN Kurangi Ketergantungan Dolar AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Petugas menghitung uang dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
12/4/2023, 10.54 WIB

O’Neill, selaku pencetus blok ini menulis, seharusnya ada kriteria ketat untuk menambah anggota baru. Hal ini ia ungkapkan dalam sebuah makalah di jurnal Global Policy pada 26 Maret lalu. Tujuannya adalah memastikan anggota baru bisa mencapai tujuan dibangunnya BRICS.

O’Neill juga mendesak BRICS untuk fokus pada pendanaan iklim, peningkatan layanan kesehatan, dan perdagangan. Anggota baru harus memiliki populasi setidaknya 100 juta jiwa. Beberapa kandidat potensial di Asia misalnya Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Pakistan, dan Filipina. Tukri, Nigeria, Mesir, dan Ethiopia juga bisa dipertimbangkan, tulisnya. 

“Akan masuk akal untuk menerima Arab Saudi dan Iran bila BRICS ingin menciptakan penyeimbang terhadap dolar. Sebab mereka adalah salah dua penghasil minyak terbesar dunia,” tulis O’Neill dalam makalahnya yang berjudul The Future of the BRICS and the New Development Bank.

Ilustrasi uang rupiah dan dolar AS. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.)

Apa Itu Dedolarisasi?

Konsep meninggalkan dolar AS dan menggantinya dengan mata uang lokal, seperti yang dilakukan ASEAN dan BRICS, disebut dengan dedolarisasi. Antara menulis konsep ini awalnya mengemuka pada krisis moneter 1998. Kala itu, selisih kurs telah mengakibatkan guncangan hebat pada sistem ekonomi global. 

Wacana itu muncul lagi kala AS memberi sanksi pada Rusia atas penyerangannya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu. Beberapa hukuman finansial di antaranya adalah membekukan hampir seluruh cadangan valuta asing Rusia senilai US$ 300 miliar.

Negara-negara Barat juga menghapus Rusia dari Society for Worldwide Interbank FInancial Telecommunication alias SWIFT. Ini adalah layanan pesan antarbank untuk pembayaran internasional

Dampaknya, Negeri Beruang Merah tidak bisa mendapat dolar untuk membiayai impor dan kesulitan membayar kewajiban internasionalnya hingga terancam gagal bayar utang. Pemerintah setempat kemudian mendirikan sistem perbankannya sendiri yang bernama System for Transfer of Financial Messages alias SPFS. 

Reuters menulis sanksi ini adalah bentuk persenjataan dari dolar. Akibatnya, Rusia dan China selaku rival geopolitik terbesar AS, membuat infrastruktur finansial masing-masing. 

Dalam catatan Katadata.co.id, dolar AS menjadi patokan mata uang dunia sejak 1944, menggantikan emas. Hal in mempertimbangkan banyaknya obligasi yang dimiliki Amerika Serikat sebagai alat transaksi perdagangan dengan negara-negara kreditur. 

Belum lagi pada akhir Perang Dunia I, AS menjadi negara pemilik mayoritas cadangan emas dunia. Cadangan emas di negara lain akhirnya menipis hingga habis, sehingga tidak bisa kembali ke standar transaksi pertukaran emas. 

Sejak saat itu, negara-negara mulai membeli surat berharga AS atau US Treasury yang dianggap produk keuangan aman untuk menyimpan uang mereka. Kekuatan dolar AS ini juga berpengaruh pada hubungan internasional negara tersebut.

Penduduk AS bisa dengan mudah masuk ke 172 negara tanpa memerlukan visa. Selain itu, masyarakat AS bisa dengan mudah menggunakan dolar AS sebagai alat tukar di berbagai negara.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora