Salah satu contoh inflasi yaitu naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menimbulkan biaya produksi naik dan berdampak pada kenaikan barang serta jasa yang dihasilkan. Adapun kenaikan harga beberapa komoditas seperti cabai, telur dan daging ayam.
Mengutip Djpb.kemenkeu.go.id, inflasi merupakan kebalikan dari deflasi yaitu terkait banyak atau sedikitnya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam KBBI, inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang (kertas) karena banyak dan cepatnya uang kertas beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan inflasi sebagai suatu keadaan perekonomian negara di mana adanya kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa dalam waktu panjang karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.
Contoh Inflasi Ringan, Sedang, Berat dan Sangat Berat
Inflasi bisa dikategorikan ringan, sedang, berat dan sangat berat. Berikut contoh inflasi berdasarkan kategori dan penjelasannya:
1. Inflasi Ringan
Inflasi ringan merupakan kriteria inflasi yang terjadi pada kisaran di bawah 10%. Dalam bahasa Inggris dikenal creeping inflation. Jadi inflasi ringan adalah laju inflasi rendah dalam waktu satu tahun tidak lebih dari 10%.Ciri-cirinya kenaikan harga yang cukup lama dan lamban.
Inflasi ringan cenderung masih bisa dikendalikan, contohnya harga beras pada awal tahun berkisar Rp 10.000 per kilogram. Jika pada tahun berikutnya menjadi Rp 10.500 atau Rp 11.000 maka inflasinya tergolong ringan.
2. Inflasi Sedang (Galloping Inflation)
Inflasi sedang hanya berkisar 10%-30% dalam waktu satu tahun. Contohnya dalam waktu satu tahun harga beras yang awalnya Rp 10.000 lalu naik menjadi Rp 13.000 per kilogram.
3. Inflasi Berat (High Inflation)
Inflasi berat terjadi kenaikan antara 30%-100% dalam waktu satu tahun. Contoh inflasi berat, harga beras yang awalnya Rp 10.000 naik menjadi Rp 20.000 per kilogram atau naik dua kali lipat.
4. Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation)
Inflasi sangat berat yaitu terjadinya kenaikan harga lebih dari 100% dalam waktu satu tahun. Inflasi sangat berat terjadi jika harga beras yang awalnya Rp 10.000 naik menjadi Rp 25.000 per koligramnya.
Apa yang Menyebabkan Adanya Inflasi Ringan dan Jenis Lainnya?
Ada beberapa penyebab yang memicu munculnya inflasi ringan, sedang, berat dan sangat berat. Berikut beberapa faktor penyebabnya:
• Meningkatnya jumlah permintaan.
• Meningkatnya biaya produksi.
• Peredaran mata uang.
Jumlah permintaan meningkat tidak semata-mata karena adanya peningkatan kebutuhan. Bisa saja karena jumlah produksi yang terbatas sehingga menimbulkan kelangkaan. Alhasil terjadi kenaikan harga dan inflasi.
Biaya produksi yang meningkat akan menaikkan harga barang agar produsen tetap memperoleh laba. Kondisi meningkatnya harga barang inilah yang disebut dengan inflasi.
Selain itu, peredaran mata uang yang tidak terkontrol atau berlebihan dapat mengakibatkan terjadinya inflasi. Ini karena jika mata uang sebuah negara jumlahnya terlalu banyak maka nilainya bisa menyusut.
Perbedaan Inflasi dan Deflasi
Inflasi dan deflasi memiliki perbedaan yang cukup signifikan, berikut di antaranya:
1. Perubahan Harga
Dalam inflasi, tingkat harga cenderung mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Ini berarti jumlah uang yang diperlukan untuk membeli barang dan jasa meningkat.
Sementara deflasi terjadi saat tingkat harga mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Ini artinya jumlah uang yang diperlukan untuk membeli barang dan jasa ikut menurun.
2. Daya Beli Uang
Dalam keadaan inflasi, daya beli uang cenderung menurun. Artinya dengan jumlah uang yang sama, konsumen bisa membeli lebih sedikit barang dan jasa. Sebaliknya saat kondisi deflasi, daya beli uang meningkat seiring waktu. Dengan jumlah uang yang sama, konsumen bisa membeli lebih banyak barang dan jasa.
3. Pengaruh Terhadap Utang
Inflasi yang terjadi cenderung mengurangi nilai rill atas utang. Saat harga-harga naik, jumlah uang yang harus dibayar untuk melunasi utang tetap sama namun nilai riil dari uang tersebut berkurang.
Di sisi lain, deflasi bisa meningkatkan nilai riil atas utang. Jika harga turun, jumlah uang yang harus dibayar untuk melunasi utang tetap sama, namun nilai riil dari uang itu meningkat.
4. Stimulus Ekonomi
Dalam beberapa kasus, inflasi dapat memicu stimulus ekonomi. Peningkatan harga bisa mendorong konsumsi dan investasi hingga pada gilirannya bisa menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya deflasi menjadi tantangan bagi stimulus ekonomi. Saat harga pada turun, konsumen cenderung menunda pembelian dan investasi bisa menurun. Kondisi ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi.
Itulah contoh inflasi ringan, sedang, berat dan sangat berat sebagai gambaran singkat. Selain inflasi, dalam ilmu ekonomi juga ada deflasi, keduanya merupakan fenomena ekonomi terkait perubahan harga barang dan jasa.