Calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming giat mempromosikan program susu gratis selama kampanye. Prabowo mengatakan program bagi-bagi susu tersebut dibutuhkan untuk sekitar 82 juta anak Indonesia. Dia memperkirakan anak-anak akan diberikan susu gratis dengan 500 mililiter (ml) per orang atau sekitar 40 juta liter.
"Rencana kami memberi makan siang dan minum susu gratis untuk semua murid di sekolah, di pesantren, anak-anak balita, dan bantuan gizi untuk ibu hamil," kata Prabowo beberapa waktu lalu.
Program yang diusung capres nomor urut 2 ini mengundang respons beragam. Ada yang mengkritik anggaran, serta kebutuhan penyediaannya yang mengharuskan Indonesia mengimpor sapi dalam jumlah besar selama beberapa tahun mendatang.
Selain itu, ada pula yang mengkritik pemberian susu gratis tidak akan meningkatkan gizi anak. Selama beberapa dekade, konsumsi susu ini kontroversial. Ada juga yang mengatakan susu justru tidak baik untuk anak.
Fakta Soal Pemberian Susu untuk Anak
Sejak lama topik susu menjadi pembahasan yang menarik. Ada pandangan negatif yang menganggap pemberian susu dianggap tidak baik untuk anak-anak, baik untuk anak kategori bawah lima tahun (balita), maupun di atas lima tahun.
Anak yang berusia di atas usia dua tahun tanpa masalah kesehatan dianggap tak lagi membutuhkan susu. Yang dibutuhkan, pemenuhan makanan yang bergizi lengkap dan seimbang.
Mengutip Kompas.com, ahli gizi komunitas Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. mengatakan, mitos anak di atas usia dua tahun butuh minum susu tambahan tersebut bermula dari pentingnya asupan protein dan kalsium bagi tumbuh kembang anak. Ia berargumen, sumber protein dan kalsium bukan hanya susu.
"Beberapa bahan pangan lokal yang terjangkau telur, ikan, tempe, dan tahu juga bisa memberikan asupan gizi sejenis. Tergantung apa yang tersedia secara lokal," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Selain itu, Tan juga menyoroti anak yang gizinya kerap mengandalkan susu tambahan cenderung gampang kenyang dan enggan mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang tiga kali sehari.
Selain itu, banyak kasus anak yang mengalami intoleransi laktosa dan alergi susu.
Pendapat berbeda diutarakan ahli nutrisi dari University of North Carolina Amy Lanou. Menurutnya, susu merupakan sumber nutrisi yang bagus karena mengandung protein, kalsium, vitamin, dan berbagai nutrisi yang tidak disediakan dalam makanan sehari-hari.
Intoleransi dan Alergi Susu
Intoleransi laktosa merupakan gangguan pencernaan akibat tubuh tidak dapat mencerna laktosa. Tandanya dengan diare, perut kembung, dan sering buang angin setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa.
Dikutip dari Alodokter, tubuh menggunakan enzim alami yang disebut laktase untuk mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Glukosa dan galaktosa ini kemudian diserap dan digunakan sebagai sumber energi.
Pada penderita intoleransi laktosa, tubuh tidak menghasilkan enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Akibatnya, laktosa yang tidak tercerna masuk ke usus besar dan terfermentasi oleh bakteri.
Selain itu ada juga kasus alergi susu. Alergi susu terjadi akibat reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat pada susu.
Alergi susu tidak hanya menyebabkan gangguan saluran pencernaan dan sesak napas, tetapi juga menimbulkan ruam kemerahan yang terasa gatal.