Dikenal dengan produk olahan makanan dan minuman, rupanya Grup Mayora memiliki garapan bisnis beragam, termasuk di sektor keuangan melalui Bank Mayora. Kabar teranyar, Bank Mayora bakal dipinang perusahaan milik negara yakni Bank Negara Indonesia alias BNI.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar sempat membenarkan bahwa pihaknya tengah menyelesaikan kesepakatan awal akuisisi dengan salah satu bank kecil. Nantinya, lembaga keuangan tersebut diambil alih dan ditransformasikan sebagai bank digital.

“Saya tidak bisa menyebut nama, tetapi proses cukup jauh dan sudah ada kesepakatan awal,” ujar Royke kepada Katadata.co.id, Selasa (19/10).

Dua sumber Katadata.co.id yang mengetahui kabar ini mengatakan, BNI telah meneken kesepakatan awal pembelian saham dengan Bank Mayora. Namun, saat ini bank BUMN tersebut masih menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan.

Bank Mayora (Bank Mayora)

Mayoritas saham Bank Mayora dimiliki PT Mayora Inti Utama sebesar 80 %. Sisanya merupakan milik investor asal Amerika Serikat yang juga entitas usaha Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC). Bank Mayora diketahui memiliki hubungan afiliasi dengan PT Mayora Indah Tbk atau dikenal dengan kode saham MYOR.

Berdasarkan laman resmi perusahaan, Bank Mayora resmi mendapatkan izin usaha sebagai Bank Umum sesuai Surat Keputusan Menteri Keuangan pada 14 Juli 1993. Kemudian, perusahaan menjadi Bank Umum Devisa sesuai Keputusan Gubernur Bank Indonesia pada 7 Mei 2013.

Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2021, modal inti utama Bank Mayora senilai Rp 1,21 triliun (tier satu). Capaian tersebut naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 1,12 triliun. Namun jumlah ini masih di bawah ketentuan minimal modal inti OJK, yakni Rp 2 triliun untuk akhir tahun dan Rp 3 triliun di tahun depan. Dengan begitu, bank perlu mencari pendanaan untuk memenuhi ketentuan tersebut.  

Untuk kinerja tahun ini, sepanjang semester pertama  2021, Bank Mayora mengantongi laba bersih tahun berjalan Rp 18,53 miliar. Capaian tersebut melesat 651,5 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 2,46 miliar. Jika dibandingkan capaian Desember 2020, laba perusahaat tumbuh  58,84 %.

Lonjakan laba terjadi karena beban operasional turun hingga 17,58 %, sehingga per Juni 2021 levelnya berada di Rp 110,88 miliar. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni Rp 134,52 miliar.

Meskipun begitu, dari sisi pendapatan, bank yang induknya dikuasai taipan Jogi Hendra Atmadja ini belum menunjukkan kinerja positif. Pendapatan bunga Bank Mayora per Juni 2021 berada di Rp 249,82 miliar, turun 7,48 %. Sedangkan untuk beban bunga turun 9,91 % ke level Rp 119,68 miliar.

Dari sisi intermediasi, Bank Mayora menyalurkan kredit Rp 3,74 triliun hingga Juni 2021, alias turun 9,21 % dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 4,12 triliun. Namun kualitas kredit membaik, di mana rasio kredit bermasalah atau NPL berada di 3,1 % lebih baik dari periode tahun sebelumnya 5,3 %.

Total dana pihak ketiga Bank Mayora per Juni 2021 yakni Rp 6,86 triliun, tumbuh 17,29 % dari Rp 5,84 triliun per Juni 2020. Hal itu didukung kenaikan total deposito berjangka 29,69 % menjadi 4,78 triliun.

Grup Mayora, Sang Pelopor Bisnis  Makanan-Minuman

Sebagian besar publik sepertinya tak asing lagi dengan produk makanan dan minuman biskuit Roma, Astor, Beng-Beng, Choki-choki, Migelas, Kopiko, Torabika, Teh Pucuk hingga Le Minerale. Produk-produk yang sangat erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat Indonesia sehari-hari ini lahir dari Grup Mayora.

Sejak awal berdiri, kegiatan usaha Mayora Indah konsisten pada pada bidang pengolahan makanan dan minuman. Mayora Indah dan entitas anak usahanya memproduksi dan mengklasifikasikan produknya ke dalam dua kategori, yakni makanan olahan dan minuman olahan.

Tak hanya itu, di Indonesia, Grup Mayora juga dikenal sebagai market leader karena sukses menghasilkan produk pelopor dalam kategorinya masing-masing. Beberapa produk tersebut seperti permen Kopiko, sebagai pelopor permen kopi, wafer Astor sebagai pelopor wafer stick, Beng-Beng sebagai perintis wafer karamel berlapis coklat, juga Choki-Choki sebagai yang awal di makanan coklat pasta.

Ada juga Energen yang merupakan pelopor minuman cereal, Kopi Torabika Duo dan Duo Susu sebagai garis depan coffee mix, Kopiko Brown Coffee merupakan produk racikan kopi dengan gula aren, serta teranyar ada Torabika Creamy Latte yang menawarkan produk kopi latte dengan gula terpisah.

Mayora Indah (Mayora)

Hingga saat ini, perseroan dan entitas anak tetap konsisten pada kegiatan utamanya, yaitu di bidang pengolahan makanan dan minuman. Meskipun begitu, banyaknya entitas usaha dalam bisnis Grup Mayora membuat kelompok bisnis ini tak hanya memutar uang di industri makanan minuman saja.

Mayora Nederland BV yang merupakan anak perusahaan Mayora Indah misalnya, fokus pada bisnis keuangan dan memiliki kantor pusat di Amsterdam, Belanda. Lini bisnisnya termasuk memberikan pinjaman kepada individu dan membiayai penjualan ritel, sebagaimana dilansir dari Bloomberg.

Bank Mayora di Bawah Taipan Grup Mayora

Grup Mayora lebih dikenal dengan produk olahan makanan dan minuman dari Mayora Indah. Induk usaha Bank Mayora ini pertama kali mendirikan bisnis industri konsumennya sejak 17 Februari 1977 dan dimiliki taipan Jogi Hendra Atmadja.

Berdasarkan keterbukaan informasi per September 2021, Jogi masih menguasai 25,24 % saham Mayora Indah atau sekitar 5,64 miliar lembar saham. Dia mengambil peran sebagai komisaris di saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih dari tiga dekade tersebut. Jogi juga menjabat Presiden Komisaris PT Unita Branindo, Komisaris PT Kakao Mas Gemilang, PT Torabika Eka Semesta, PT Sinar Pangan Barat dan PT Sinar Pangan Timur.

Adapun pemilik saham Mayora Indah lainnya per September 2021, yakni Unita Branindo sebanyak 32,9 % atau sekitar 7,36 miliar. Ada juga kepemilikan Mayora Dhana sebanyak 26,1 % atau sekitar 5,8 miliar. Sedangkan publik menguasai 15,7 % saham MYOR dari total saham perusahaan 22,36 miliar lembar.

Berdasarkan majalah Forbes 2019, pria kelahiran Jakarta 75 tahun silam tersebut masuk dalam jajaran 10 orang terkaya Indonesia. Saat itu, Jogi yang merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, memiliki kekayaan US$ 3 miliar atau setara Rp 42,3 triliun (kurs Rp 14.100).

Grup Mayora melantai pertama kali di Bursa Efek Indonesia pada 29 Mei 1990 dengan melepas tiga juta lembar saham. Dari aksi korporasi tersebut, perusahaan berhasil mengantongi Rp 27,9 miliar dana segar dengan harga penawaran Rp 9.300 per lembar.

Pabrik pertama Mayora Indah berlokasi di Tangerang, dengan pangsa pasar awal adalah wilayah Jakarta dan sekitarnya. Setelah mampu memenuhi pasar domestik, MYOR kemudian mulai merambah pasar global khususnya Asean. Saat ini produk perseroan tersebar di lima benua.

Mayora Indah juga baru membangun pabrik kopi di Philipina dan saat ini sudah beroperasi. Penyertaan modal atas pembangunan pabrik tersebut dilakukan PT Torabika Eka Semesta, sehingga hasil penjualan dan keuntungan akan terkonsolidasi pada laporan keuangan MYOR.

Akhir pekan lalu (22/10), saham MYOR ditutup koreksi 1,63 % di level Rp 2.410 per saham. Berdasarkan catatan RTI, saham MYOR tertekan sebanyak 9,96 %, namun dalam lima tahun terakhir harga sahamnya cenderung naik 54,43 %.

Pada laporan public expose Juli 2021, manajemen Mayora Indah mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 52 per saham untuk tahun kinerja 2020. Jumlah dividen tunai yang dibagikan sekitar 55 % dari laba bersih perusahaan dan totalnya mencapai Rp 1,16 miliar.