Rekam Jejak MD Pictures hingga Sahamnya Digandeng Tencent

KATADATA/HARI WIDOWATI
5/11/2021, 09.35 WIB

Perkembangan zaman turut menggiring industri hiburan, termasuk perfilman masuk ke bisnis digital. Hal ini terjadi pada perusahaan produksi film nasional, PT MD Pictures Tbk.

Dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), anak usaha MD Entertainment tersebut mengumumkan kehadiran pemegang saham baru, yakni Tencent Holdings Ltd. Perusahaan induk teknologi multinasional Tiongkok ini menjadi pemegang saham minoritas di perusahaan berkode saham FILM.

Direktur Utama sekaligus founder MD Pictures, Manoj Punjabi mengatakan, masuknya Tencent menunjukkan pandangan positif perusahaan asing terhadap industri konten di Indonesia. Ditambah lagi, investasi tersebut memberikan keyakinan kuat terhadap market leadership dan potensi pertumbuhan MD Pictures ke depan.

“Kami antusias menyambut Tencent sebagai investor baru di FILM. Investasi ini mencerminkan komitmen berkelanjutan Tencent sebagai perusahaan teknologi untuk mengembangkan industri konten secara global,” kata Manoj akhir Oktober lalu.

Tencent yang berdiri sejak 1998 merupakan salah satu perusahaan internet terbesar di Cina yang fokus memproduksi video gim. Tak hanya itu, anak perusahaannya juga memasarkan layanan dan produk berhubungan dengan internet seperti hiburan, kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya.

Melalui anak usaha Tencent, Image Frame Investment Limited membeli 14,62 % saham FILM senilai Rp 695,47 miliar. Dengan begitu, perusahaan Cina tersebut menguasai 1,4 miliar lembar saham MD Pictures.

Berdasarkan data Refinitif, Tencent mencatatkan rekor investasi luar negeri terbanyak di Eropa yakni 16 kesepakatan. Secara keseluruhan, pengembang gim PUBG ini menandatangani 36 kerja sama investasi di luar negeri tahun ini. Pada 2020 hanya empat, ada tiga kesepakatan di 2019 .

Sebagian besar kesepakatan investasi Tencent di Eropa di sektor gim. Selain Eropa, Tencent berpartisipasi dalam sejumlah putaran pendanaan startup di Singapura, India, Jepang, Korea Selatan, dan Australia pada paruh pertama tahun ini.

Bioskop Kembali DIbuka di Masa PPKM Level 3 (Muhammad Zaenuddin|Katadata)




Pendapatan MD Pictures Ditopang Bisnis Digital

Berdasarkan laporan keuangan per September 2021, MD Pictures berhasil membalikkan neraca keuangannya menjadi laba komprehensif sebesar Rp 19,2 miliar. Capaian tersebut berbanding terbalik dengan perolehan pada periode yang sama tahun lalu, yakni rugi Rp 45,2 miliar.

Keberhasilan MD Pictures untuk memutar keadaan tidak terlepas dari kesuksesan bisnis digitalnya. Hal ini terlihat dari angka penjualan per September 2021 yang naik 117,3 % menjadi Rp 183 miliar. Sedangkan per September 2020, perusahaan hanya membukukan penjualan Rp 84,2 miliar.

Lini bisnis MD Pictures untuk total penjualan film tercatat tumbuh 148,2 % menjadi Rp 164,94 miliar. Kontribusi terbanyak datang dari penjualan film digital, yakni Rp 157,02 miliar atau sekitar 95 % dari total penjualan film MD Pictures. Posisi kedua ada penjualan film stasiun televisi yang naik 25,5 % menjadi Rp 4,67 miliar.

Adapun pendapatan untuk bisnis penjualan film layar lebar merosot 81,3 % menjadi Rp 3,24 miliar. Padahal periode September 2020, bisnis ini menjadi penyumbang penjualan terbesar kedua, setelah penjualan digital.

Sementara itu, untuk bisnis sewa bangunan per September 2021 menurun 4,3 % menjadi Rp 13,5 miliar. Sedangkan untuk pendapatan dari sewa alat shooting tumbuh 24,5 % menjadi Rp 4,6 miliar.

Di sisi lain, hingga September 2021 MD Pictures juga membukukan beban usaha turun 8,5 % ke level Rp 52,4 miliar. Dengan begitu, perusahaan mampu membukukan laba per saham dasar Rp 2,34 per lembar.

Upaya Manoj Punjabi Menapaki Industri Perfilman

Berdasarkan keterbukaan informasi di laman BEI, per 22 Oktober 2021 kepemilikan saham Manoj Punjabi bertambah di MD Pictures. Dia membeli 12,38 % saham FILM sehingga kepemilikannya menjadi 21,24%.

Transaksi restrukturisasi kepemilikan saham MD Pictures tersebut, menjadikan total kepemilikan Manoj di perusahaan itu mencapai 71,72 %. Rinciannya, kepemilikan langsung terhadap perseroan sebanyak 21,24 %, sedangkan secara tidak langsung, yakni lewat kepemilikan PT MD Global Investment 50,5 %.

Manoj, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama, mendirikan MD Pictures pada 2002 bersama sang ayah, Dhamoo Punjabi. Bukan hal mudah untuk membangun perusahaan yang saat ini memiliki kapitalisasi pasar sekitar Rp 4,45 triliun.

Sejak awal menyelesaikan pendidikan pada 1992, Manoj sudah berniat masuk ke industri perfilman. Sayangnya, saat itu orang tuanya melarang dan memintanya untuk mencari pekerjaan lain. Manoj merupakan sarjana di Indonesia European University jurusan Marketing dan Keuangan.

Dalam vlog Boy William, Manoj bercerita sempat bekerja tiga bulan di PT Indah Kiat Pulp and Paper. Hanya bertahan tiga bulan, kemudian dia dikeluarkan dari perusahaan produsen kertas tersebut.

Dari sana, kemudian Manoj menjajal peruntungan di industri tekstil, termasuk mencari bahan materialnya, mendesain, menjahit, hingga membuka toko. Bahkan, pria kelahiran 7 Desember 1972 tersebut sempat memiliki 15 orang karyawan.

Meskipun mendapat keuntungan dari bisnis tekstilnya, Manoj tetap berambisi  masuk ke industri perfilman. Sampai akhirnya, pada 1996 dia mengawali karier perfilmannya sebagai produser pelaksana di Multivision Plus milik Raam Punjabi yang juga pamannya.

Singkat cerita, pada 2001 Manoj dan ayahnya memutuskan keluar dari Multivision Plus karena perbedaan visi dan misi. Ayah dan anak tersebut kemudian mendirikan MD Pictures pada 7 Desember 2002. Sejak saat itu, bisnis MD Pictures di bawah naungan MD Entertainment berkembang.

Hingga saat ini MD Pictures telah banyak membuat karya unggulan MD Media Grup seperti film Habibie, Danur, Rudy, Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) yang merupakan suatu konsep waralaba yang sangat bernilai.

Mulai 2005 induk perseroan, yakni MD Entertainment mulai memperluas konsep hiburan "satu atap". Bahkan, perusahaan sempat mencatatkan sejarah di perindustrian film Indonesia, dengan memecahkan rekor film terlaris 2008 melalui film Ayat Ayat Cinta.

Pada 2018, MD Pictures juga menjadi pelopor sebagai perusahaan produksi film pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia alias IPO. Perusahaan dengan kode saham FILM tersebut menebar 1,3 miliar lembar saham di bursa Tanah Air dengan harga perdana Rp 210 per lembar. Alhasil, perusahaan mampu mengantongi dana segar Ro 274,6 miliar.

Pada perdagangan Rabu (3/11) saham FILM ditutup menguat 4 % ke level Rp 468 per lembar saham. Sepanjang 2021, harga saham MD Pictures tercatat naik 146,3 %, menurut data RTI.