PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) telah mengajukan izin untuk mengimpor kereta rel listrik (KRL) dari Jepang. Langkah ini untuk menggantikan 10 rangkaian kereta yang akan pensiun.
Sekretaris perusahaan Anne Purba mengatakan, perusahaan yang bermarkas di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, itu berencana untuk mengonservasi 10 rangkaian kereta pada 2023 dan 19 rangkaian kereta pada 2024.
“Tahun 2023 sampai 2024 ada 29 train set yang memang dijadwalkan untuk dikonservasi,” kata Anne di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, pada Selasa (28/2).
Sebagai informasi, menurut data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dalam lima tahun terakhir belum ada proyek pengadaan KRL, kereta rel diesel (KRD), maupun kereta rel diesel elektrik (KRDE).
Pengadaan terakhir dilakukan pada 2017 sebanyak 4 unit. Selama periode 2018 hingga 2022 tidak ada pengadaan sama sekali, seperti terlihat pada grafik Databoks berikut ini.
Rencana impor KRL ini lalu menjadi polemik. Penyebabnya, Kementerian Perindustrian belum mengeluarkan izin impor dengan dalih memprioritaskan produksi domestik.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pihaknya tidak anti terhadap impor. Pasalnya, ada produsen dalam negeri yang bisa memproduksi rangkaian kereta, yaitu PT INKA (Persero).
“Kami tekankan, bahwa kita tidak anti impor. Tapi prioritas kami adalah, gunakan produk dalam negeri,” ujarnya kepada awak media.
INKA alias Industri Kereta Api merupakan perusahaan pelat merah yang menghasilkan produk dan jasa perkeretapian. Produksinya tidak hanya untuk dalam negeri, tapi hingga ke Malaysia.
Sejarah KCI
Perusahaan pelat merah ini bukan hanya mengelola KRL, namun juga kereta bandara. KCI merupakan anak usaha dari penyelenggara layanan kereta api nasional PT Kereta Api Indonesia (KAI). Berbeda dengan induknya, KCI fokus pada layanan transportasi perkotaan dengan mengelola kereta api komuter dan lokal.
Sebelum KCI berdiri pada 2008, KAI mengoperasikan kereta api komuter lewat Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek. Layanan ini merupakan bagian dari wilayah usaha KAI yang disebut Daerah Operasi (Daop) I Jakarta.
Menurut situs perusahaan, KCI saat ini melayani sekitar 700 ribu hingga 850 ribu penumpang per hari dengan KRL-nya yang disebut Commuterline.
Hingga 2021, perusahaan yang juga disebut KAI Commuter ini melayani 105 stasiun dengan jangkauan rute hingga 604.443 kilometer secara keseluruhan. Stasiun ini tersebar di kota-kota Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Banten, Cikarang, Kutoarjo, Yogyakarta, dan Solo.
Bisnis KCI
Mulai Januari 2023, KCI juga mulai mengoperasikan kereta api Bandara Soekarno Hatta. Layanan ini sebelumnya merupakan tanggung jawab PT Railink, yang merupakan perusahaan patungan KAI dan pengelola bandara PT Angkasa Pura II.
Diluncurkan pada 2019, KA Bandara Soekarno Hatta melayani 40 perjalanan dengan kapasitas 43.520 penumpang per hari. Penumpang hanya perlu menghabiskan kira-kira 56 menit untuk menempuh perjalanan 37,7 km antara Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan dan Bandara Soekarno Hatta.
“Mulai 1 Januari 2023, pengelolaan operasional pelayanan perjalanan KA Bandara Soekarno Hatta dialihkan kepada KAI Commuter,” tulis KCI pada situs webnya.
Sedangkan Railink masih mengoperasikan kereta api bandara Yogyakarta International Airport di Yogyakarta dan bandara Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
KCI juga telah terlibat dalam bisnis teknologi finansial (tekfin) lewat PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Berdiri pada Februari 2019, Finarya merupakan perusahaan keuangan digital yang didirikan oleh 10 perusahaan pelat merah, termasuk PT Telekomunikasi Seluler dan PT Bank Mandiri. Finarya mengoperasikan layanan tekfin LinkAja.