Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Satgas Penanganan Pandemi Covid-19, Letjen (Purn) DR (H.C.) Doni Monardo, tutup usia di usia 60 tahun. Ia meninggal dunia setelah menjalani perawatan yang lama di RS Siloam Semanggi, Jakarta.
Nama Doni Monardo mencuat ke ranah publik ketika dirinya ditunjuk memimpin Satgas Penanganan Pandemi Covid-19 atau Satgas Covid-19. Sebagai kepala satgas, ia bertugas mengkoordinasikan masalah isolasi pasien, rumah sakit darurat, hingga distribusi dan logistik.
Seperti apa perjalanan karir Doni Monardo, dan bagaimana kiprahnya memimpin satuan tugas menghadapi pandemi Covid-19? Simak ulasan berikut ini.
Profil Doni Monardo: Karir Kemiliteran dan Perannya Memimpin Satgas Covid-19
Doni Monardo lahir di Cimahi, Jawa Barat pada 10 Mei 1963. Ia diketahui menempuh pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Padang pada 1981.
Usai lulus dari pendidikan menengah atas, Doni melanjutkan pendidikan di Akademi Militer atau Akmil, mengikuti jejak ayahnya, Letkol CPM Nasrul Saad. Doni lulus dari Akmil pada 1985.
Karirnya di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) tergolong cemerlang, dan pernah menduduki sederet posisi strategis.
1. Karir Kemiliteran Doni Monardo
Usai lulus dari Akmil pada 1985, Doni Monardo bergabung dengan Komando Pasukan Khusus atau Kopassus, dimana ia pernah bertugas di wilayah konflik Timor Timur dan Aceh.
Ia diketahui pernah memegang posisi sebagai Danyon 11 Grup 1/Kopassus pada 1998–1999. Kemudian, Danyonif 741/Satya Bhakti Wirottama selama dua tahun, yakni dari 1999 hingga 2001, sebelum bergabung dengan Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres.
Di Paspampres, Doni memegang posisi sebagai Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Paspampres selama dua tahun, yakni selama periode 2001-2003. Ia juga menjabat sebagai Katim Analis Intel Kolakoops TNI selama setahun, yakni pada periode 2003–2004.
Karirnya di Paspampres terbilang mulus. Pada 2004 ia diangkat menjadi Waasops Danpaspampres, hingga 2006. Pada 2008 ia dipromosikan menjadi Komandan Grup A Paspampres. Kemudian menempati posisi teritorial sebagai Danrem 061/Surya Kencana pada 2010-2011.
Ia diketahui juga menjadi wakil komandan satuan tugas pembebasan MV Sinar Kudus yang dibajak pemberontak Somalia 2011 silam. Atas perannya dalam operasi ini, Doni Monaro dipromosikan sebagai Wakil Komandan Kopassus. Karirnya semakin melejit dengan pengangkatan sebagai Komandan Paspampres pada periode 2012-2014 dan Danjen Kopassus pada 2014.
Setahun memimpin Kopassus, ia digeser menjadi Panglima Kodam XVI Pattimura di Ambon (2015-2017). Lalu Pangdam III Siliwangi Jawa Barat pada 2017 hingga 2018.
Doni Monardo mendapatkan pangkat Letnan Jenderal (Letjen) saat ia menjabat menjadi Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantamnas) pada 2018. Jabatan tersebut ia emban hingga 2019, sebelum ditunjuk menjadi Kepala BNPB.
2. Menjadi Kepala BNPB dan Ketua Satgas Penanganan Pandemi Covid-19
Selepas menjabat sebagai Sesjen Wantamnas, Doni Monardo ditunjuk untuk mengepalai BNPB pada 21 Januari 2019, menggantikan Laksamana Muda Willem Rampangilei. Setahun memimpin BNPB, ia dihadapkan pada salah satu tantangan terberat dalam karirnya, yakni menjadi Ketua Satgas Penanganan Pandemi Covid-19.
Ia ditunjuk sebagai Kepala Satgas Covid-19 pada 13 Maret 2020 lewat Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020. Meski demikian, sebelum ia ditunjuk pun, Doni sudah bersinggungan dengan virus corona, yakni saat ia ditugaskan mengurus kepulangan 238 warga negara Indonesia dari Kota Wuhan. Natuna ketika itu terpilih menjadi lokasi karantina para WNI tersebut plus lima staf Kedutaan Besar RI (KBRI) untuk Beijing.
Dalam upaya ini, ia berkolaborasi dengan Kepala Staf TNI Angkatan Laut saat itu, yakni Laksamana Yudo Margono, yang kemudian menjadi Panglima TNI. Kolaborasi keduanya berlanjut ketika melakukan evakuasi dan karantina 188 anak buah kapal (ABK) World Dream dari Hong Kong ke Indonesia.
Perannya kian krusial ketiga ditunjuk sebagai Ketua Satgas Penanganan Pandemi Covid-19. Untuk memerangi Covid-19, ia menerapkan strategi pentahelix, yang ia canangkan di BNPB.
Istilah ini ia perkenalkan pada 2019 lalu, yang diterapkan dalam penanganan bencana alam. Strategi ini menitikberatkan semangat kegotongroyongan seluruh sumber daya dan kearifan lokal tatkala bencana terjadi.
Ada pelibatan para pihak dalam perencanaan, implementasi, dan pemantauan proses pembangunan kembali yang lebih baik, meliputi kerja sama pemerintah daerah, masyarakat setempat, pakar dan akademisi, media, serta sektor swasta.
Sama dengan penanganan bencana alam, pentahelix diterapkan Doni kala menangani Covid-19, dengan melibatkan seluruh elemen, mulai pemerintah pusat dan daerah, hingga komponen masyarakat.
Ia pun terus menyuarakan pentingnya peran masyarakat dalam mencegah penyebaran Covid-19, dengan menginformasikan pentingnya menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas, dan pengurangan kontak fisik. Kemudian, melakukan karantina diri dengan mengacu protokol dari Kementerian Kesehatan, penyebaran COVID-19 dapat ditekan.
Bisa dikatakan, Doni Monardo berperan besar dalam mengatur dan membuat sistem penanganan Pandemi Covid-19. Epidemiolog dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Doni merupakan pemimpin yang paham betul soal birokrasi dan aturan. Ketika rumah sakit butuh bantuan oksigen, ia dapat memastikan masalah itu teratasi dengan cepat.
Setelah memasuki masa purna bakti, Doni pamit dari jabatannya sebagai Kepala BNPB sekaligus Ketua Satgas Penanganan Covid-19 pada 25 Mei 2023.
Pada 22 September 2023, ia diberitakan menjalani perawatan di RS Siloam Semanggi. Kondisinya sempat dikabarkan membaik pada Oktober 2023, namun kembali drop.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo sempat menjenguk mendoakan Doni Monardo yang sedang menjalani perawatan di RS Siloam pada Selasa (7/11). Presiden diberitakan menyampaikan doa bagi kesembuhan Doni Monardo, dan berbincang dengan keluarga, serta tim dokter yang merawatnya.
Pada Minggu (3/12) pukul 17.35 WIB, Jenderal bintang tiga yang memimpin perang melawan Pandemi Covid-19 ini menghembuskan nafas terakhirnya di usia 60 tahun.