Kapitalisasi Pasar Saham AS Amblas Rp 24.000 Triliun Imbas Corona

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Kapitalisasi pasar saham AS amblas Rp 24.000 triliun imbas virus corona.
Penulis: Happy Fajrian
26/2/2020, 09.17 WIB

Nilai kapitalisasi pasar saham-saham dalam indeks S&P 500 di Wall Street Amerika Serikat (AS) amblas hingga UU$ 1,74 triliun atau sekitar Rp 24.152 triliun. Dalam dua hari perdagangan pekan ini, indeks yang menampung saham 500 perusahaan terbesar di AS ini rontok hingga 6,27%.

Adapun indeks S&P 500 dianggap sebagai representasi terbaik dari pasar saham AS, dan merupakan indeks yang paling umum untuk dijadikan acuan. Anjloknya indeks S&P 500 dipicu aksi jual investor yang semakin khawatir dengan penyebaran virus corona, COVID-19 di luar Tiongkok.

Pada penutupan perdagangan Senin, indeks S&P 500 anjlok 3,35% sehingga kapitalisasi pasarnya turun hingga US$ 810 miliar atau sekitar Rp 11.263 triliun. Sedangkan pada penutupan kemarin, Selasa (25/2), S&P 500 turun 3,03% sehingga kapitalisasi pasarnya amblas US$ 927 miliar atau sekitar Rp 12.889 triliun.

Tidak hanya itu, dua indeks utama AS lainnya, yakni Nasdaq dan Dow Jones juga turun lebih dari 5% dalam dua hari terakhir. Dow Jones kehilangan hingga 1.908,57 poin atau 6,58%, sedangkan Nasdaq rontok 607,53 poin atau 6,34%.

(Baca: IHSG Diramal Naik Ditopang Insentif Corona, Saham LQ45 Direkomendasi)

Tidak hanya bursa AS, ketakutan virus corona berkembang menjadi pandemi global juga merontokkan bursa saham dunia lainnya. Bursa saham Inggris, FTSE 100 London turun hingga 1,94% pada penutupan kemarin terseret saham-saham yang terkait dengan sektor pariwisata.

Kemudian bursa saham Spanyol IBEX 35 rontok 2,45%, dan indeks CAC 40 Perancis turun 1,94% juga karena sentimen virus corona. Sementara dari bursa saham Asia, indeks Nikkei 225 Jepang anjlok hingga 4,93% pada perdagangan kemarin, dan pagi ini lanjut terkoreksi 1,87% hingga pukul 9.00 WIB.

Pasalnya banyak kasus baru infeksi virus COVID-19 yang dilaporkan di seluruh dunia, terutama di Timur Tengah dan Eropa. Investor khususnya memperhatikan perkembangannya di Italia, Iran, dan Korea Selatan.

Bahkan Centers for Desease Control (CDC) AS menyatakan bahwa ada kemungkinan virus corona berkembang menjadi pandemi global. “Virus corona kemungkinan akan terus menyebar di Amerika, dan warga Amerika harus bersiap yang terburuk,” tulis pernyataan CDC seperti dikutip CNBC International, Rabu (26/2).

(Baca: Infeksi Virus Corona Melonjak, Indeks Saham Korsel KOSPI Rontok 3,75%)