Krakatau Steel Tuntaskan Restrukturisasi Utang Rp 27 T di 10 Bank

Arief Kamaludin | Katadata
28/1/2020, 18.41 WIB

Lebih lanjut, Silmy menjelaskan pihaknya sudah melakukan banyak langkah sepanjang 2019 untuk transformasi bisnis. Selain restrukturisasi utang, perusahaan melakukan optimalisasi tenaga kerja dan menerapkan operation excellence sehingga bisnis perusahaan lebih efisien dan kompetitif.

Pada September dan November 2019, perusahaan berhasil melampaui rekor produksi HRC dan CRC. "Dengan segala capaian ini, kami optimistis di tahun 2020, Krakatau Steel akan mempunyai catatan yang lebih gemilang," ujar Simly.

Adapun dalam skema besar restrukturisasi perusahaan, ada juga strategi pelepasan aset, dan pelepasan anak usaha lewat penerbitan saham perdana (IPO). Namun, Silmy mengisyaratkan belum ada keputusan soal IPO anak usaha. "Lagi dikaji," kata dia.

Ke depan, Krakatau Steel mengharapkan dukungan regulasi terkait impor baja untuk mendukung pertumbuhan industri baja yang sehat. Perusahaan menyatakan impor baja telah menghantam industri baja nasional dari hulu hingga ke hilir. "Kami memerlukan kebijakan dan pengawasan yang ketat dalam hal impor baja. Telah terjadi penurunan utilisasi industri baja hingga 43% di tahun 2019," kata Silmy.

Krakatau Steel, dengan mengutip data Badan Pusat Statistik, menyatakan impor besi dan baja telah mencapai 5 juta ton sepanjang Januari-September 2019, dan diestimasi mencapai 6,7 juta ton hingga akhir 2019. Estimasi ini naik 7,5% dari realisasi tahun sebelumnya.

Pada periode Januari-September 2019, besi dan baja masih masuk tiga besar sebagai komoditi impor yang masuk ke Indonesia dengan nilai US$ 7,63 miliar.

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati