Trump Dimakzulkan DPR AS, IHSG dan Bursa Asia Rontok

ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Ilustrasi. IHSG pada perdagangan pagi ini melemah ke 6.268 terimbas sentimen pemakzulan Trump.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
19/12/2019, 10.36 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada pada perdagangan hari ini, Kamis (19/12) dibuka terkoreksi dan terus bergerak turun sejalan dengan bursa-bursa saham Asia lainnya. Hingga pukul 10.25 WIB, indeks bergerak turun 0,3% di level 6.268.

Sementara di saat yang sama, bursa-bursa di Asia juga bergerak terkoreksi seperti Nikkei 225 Index yang turun 0,3%, Hang Seng Index terkoreksi 0,64%, Shanghai Composite Index turun 0,2%, dan juga Strait Times Index yang turun 0,35%.

Koreksi yang terjadi di pasar modal dalam negeri dan kawasan Asia ini terpengaruh sentimen keputusan pemakzulan Presiden Amerika Serikat Donald Trump oleh Dewan Perwakilan Rakyat  Amerika Serikat. Keputusan tersebut dilakukan dalam jajak pendapat yang digelar pada Rabu (18/12) malam waktu setempat atau Kamis (19/12) pagi waktu Indonesia.

(Baca: Donald Trump Resmi Dimakzulkan DPR AS)

Pemakzulan ini merupakan buntut dari dugaan Trump menekan Ukraina untuk membantu mengalahkan rival politiknya. Dugaan ini muncul dari whistleblower di kalangan intelijen yang mengeluhkan tentang pembicaraan telepon Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Trump diduga mengancam untuk menahan bantuan militer kepada angkatan bersenjata Ukraina. Tujuannya, mendesak Ukraina menginvestigasi dugaan korupsi mantan Wakil Presiden AS Joe Biden yang akan menjadi pesaingnya dalam Pilpres 2020. 

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, keputusan pemakzulan tersebut memunculkan integritas para pendukung Trump. Namun di balik itu semua, dia menilai Tiongkok akan menjadi salah satu pihak yang merayakan pemakzulan presiden AS itu.

(Baca: IHSG Bakal Dipengaruhi Pengumuman BI, Berikut Saham Pilihan Analis)

Hal ini lantaran perang dagang yang terjadi antara AS dan Tiongkok selama ini dipicu oleh Presiden Donald Trump. Saat ini, kedua negara baru saja merampungkan kesepakatan dagang tahap pertama yang antara lain memuat pembatalan tarif baru dan penurunan sebagian tarif AS ke Tiongkok. Di sisi lain, Tiongkok berjanji membeli produk pertanian AS.

"Karena bukan tidak mungkin apa yang sudah disepakati bisa dibatalkan dengan menunggu presiden AS dan kepemerintahan AS yang baru, yang mungkin lebih baik dalam hal negosiasi terhadap Tiongkok," kata Nico dalam risetnya hari ini.

Reporter: Ihya Ulum Aldin