IHSG Turun, Saham Yelooo, Adaro, dan Matahari Cetak Kenaikan Tertinggi

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Pegawai mengamati layar pergerakan saham di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Senin (22/7/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ditutup melemah 22,99 poin atau 0,36 persen ke level 6.433,55.
27/9/2019, 12.48 WIB

Index Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah sepanjang perdagangan sesi pagi, Jumat, 27 September 2019. IHSG dibuka terkoreksi 0,26% menjadi 6.213,9 dan ditutup terkoreksi lebih dalam yaitu 0,45% ke level 6.202,2.

Mayoritas indeks di bursa saham Asia juga terkoreksi. Nikkei 225 dan Topix Index terkoreksi cukup dalam yaitu masing-masing 1,33% dan 1,92%. Indeks Kospi di Korea Selatan juga terkoreksi 1,38%, begitu juga indeks Hang Seng di Hong Kong terkoreksi 0,3%. Di sisi lain, CSI di Tiongkok naik 0,4%.

(Baca: Katadata Market Index: IHSG September Diprediksi Masih Bearish)

Di bursa saham domestik, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 232,66 miliar untuk keseluruhan pasar. Mayoritas indeks sektoral terkoreksi, kecuali pertambangan yang naik tipis 0,05%. Pelemahan indeks sektoral dipimpin industri dasar yang terkoreksi 0,79%, diikuti keuangan 0,61%, dan infrastruktur 0,57%.

Beberapa saham yang menjadi top gainers pada sesi pertama yaitu Yelooo Integra Datanet (YELO) naik 7,09%, Matahari Departemen Store (LPPF) naik 5,88%, Adaro Energy (ADRO) naik 2,72%. Sedangkan top losers yaitu Bhakti Agung Propertindo (BAPI) 18,02%, Summarecon Agung (SMRA) 5,33%, dan Optima Prima Metal Sinergi (OPMS) 4,02%.

(Baca: Meski Berisiko, Saham Startup di Bursa Terbukti jadi Buruan Investor)

Adapun sebelumnya, berdasarkan analisis teknikal, beberapa analis melihat potensi kenaikan IHSG, melanjutkan kenaikan yang cukup besar kemarin yaitu 1,37%. Namun, secara fundamental, sentimen di pasar memang masih mixed.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan investor bakal dipengaruhi oleh beberapa sentimen, di antaranya sentimen positif seputar Pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok yang dijadwalkan pada 10-11 Oktober 2019.

(Baca: IHSG Hari Ini Diramal Masih Naik, Saham Konstruksi Masuk Rekomendasi)

Pembicaraan dagang tersebut, kata Nico, merupakan langkah maju dalam hubungan dagang kedua negara. "Sebulan sebelumnya, Tiongkok mengatakan untuk menunda semua pembelian dari Amerika Serikat," kata dia.

Meski begitu, ketidakpastian seputar sengketa dagang AS-Tiongkok masih membayangi pasar. Sebab, kedua negara belum tentu mencapai kesepakatan. Apalagi, Presiden AS Donald Trump menginginkan kesepakatan lengkap dengan AS, bukan parsial. Sedangkan Tiongkok menginginkan perjanjian adil, setara, dan seimbang.

(Baca: Transkrip Pembicaraan Dirilis, Trump dan Presiden Ukraina Disorot)

"Kami melihat selama konsep berpikir dalam kesepakatan dagang seperti ini, hal ini tidak akan membuat kesepakatan tercipta," kata Nico.