Harga nikel di London Metal Exchange (LME) menembus US$ 16.000 per ton pada Rabu (28/8). Level harga ini sempat tertembus pada 20 Agustus 2019 lalu. Ini merupakan level tertinggi sejak Desember 2014. Seiring perkembangan tersebut, harga saham emiten produsen nikel melonjak pada Kamis (29/9) ini.
Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tercatat sempat melonjak 3,3% menjadi Rp 1.085 per saham pada pukul 09.05 WIB. Harga saham Antam terus bergerak di zona hijau hingga menjelang penutupan sesi pertama. Meskipun, penguatannya sedikit menipis yaitu 2,38% menjadi Rp 1.075 per lembar saham.
(Baca: Rugi Puluhan Triliun, Pengusaha Protes Larangan Ekspor Nikel)
Lonjakan harga yang lebih tinggi dialami PT Central Omega Resources Tbk (DKFT). Harga sahamnya sempat melompat 5,3% menjadi Rp 278 per lembar saham. Harga saham Central Omega terus bergerak di zona hijau hingga menjelang penutupan sesi pertama. Meskipun, penguatannya menipis menjadi 1,52% menjadi Rp 268 per lembar saham.
(Baca: Penjualan Terancam Turun, Saham Produsen Rokok Tetap Direkomendasikan)
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) juga tercatat berada di zona hijau sejak awal perdagangan. Bahkan, harganya tercatat terus merangkak. Menjelang penutupan sesi pertama, harga saham Vale tercatat naik 3% menjadi Rp 3.430 per lembar.
Beberapa waktu lalu, Direktur Utama Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan, kenaikan harga nikel disebabkan oleh larangan ekspor bijih nikel berkadar rendah alias nikel ore oleh pemerintah Indonesia. Indonesia berkontribusi sebesar 27% pada pasokan nikel di pasar dunia.
(Baca: Laba Adaro Melonjak di Tengah Kejatuhan Kinerja Emiten Batu Bara)
"Bagi Vale Indonesia, itu dampaknya positif karena kemudian pasar mengartikan pasokan di dunia berkurang, sedangkan permintaan tetap atau naik," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (27/8).