Bali United akan menjadi klub sepakbola pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Klub bola milik konglomerat Pieter Tanuri itu akan melepas 2 miliar saham baru dengan harga Rp 175 per saham.
Penawaran perdana saham Bali United dilaksanakan 10-12 Juni lalu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) lantaran besarnya minat para suporter untuk membeli saham klub tersebut. Bali United yang berada di bawah pengelolaan PT Bali Bintang Sejahtera ini dijadwalkan mencatatkan sahamnya di BEI dengan kode saham BOLA, Senin (17/6).
Cikal bakal klub sepakbola Bali United berawal dari Putra Samarinda Football Club yang berdiri pada 1989. Putra Samarinda berlaga di Galatama yang kemudian berubah menjadi Liga Indonesia sejak musim kompetisi 1994/1995.
Putra Samarinda menghadapi kesulitan keuangan sejak mengikuti Liga Galatama dan akhirnya dimerger dengan Persatuan Sepak Bola Samarinda (Persisam) pada 2003. Persisam tercatat pernah menjuarai Divisi Utama Liga Indonesia 2008-2009 lalu melaju ke Liga Super Indonesia.
Di bawah binaan pemerintah daerah, kondisi keuangan Persisam Putra Samarinda tak kunjung membaik bahkan terancam pailit. Pada 2014, Bos PT Multistrada Arah Sarana Tbk Pieter Tanuri mengambil alih Persisam Putra Samarinda. Tim berjuluk Pesut Mahakam itu berganti nama menjadi Bali United FC dan markasnya berada di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Pieter pada saat itu merupakan pemegang saham mayoritas Multistrada, yang dikenal sebagai produsen ban Corsa dan Achilles. Pada Januari 2019, produsen ban asal Prancis Michellin mengakuisisi 80% saham Multistrada dari Pieter Tanuri senilai US$ 439 juta atau sekitar Rp 6,12 triliun.
Selain Multistrada, Pieter melalui Philadel Terra Lestari sempat menjadi pemegang saham pengendali PT Bank Ina Perdana Tbk pada 2015-2017 sampai masuknya Grup Salim melalui PT Gaya Hidup Masa Kini. Saat ini, Philadel Terra Lestari masih memiliki 9,64% saham Bank Ina.
Di bawah binaan Pieter Tanuri, Bali United tumbuh pesat. Bali United meraih juara ke-3 Bali Island Cup 2015 dan Bali Island Cup 2016. Klub bola tersebut juga masuk peringkat ke-12 di Indonesia Soccer Championship A. Bali United menjadi juara ke-2 Liga 1 2017 dan juara ke-2 Piala Presiden pada 2018. Klub ini juga masuk ke peringkat 11 di Liga 1 2018.
(Baca: Analis: Ditopang Suporter, Saham Bali United Banyak Peminat)
Bisnis Induk Usaha Bali United
Berdasarkan Prospektus IPO Bali Bintang Sejahtera, induk usaha Bali United FC tersebut memiliki bisnis selain mengelola klub sepakbola. Perusahaan juga menjalankan usaha perdagangan eceran khusus peralatan olahraga di toko, perdagangan eceran minuman tidak beralkohol, pakaian, tas, dompet, koper, dan sebagainya. Perseroan juga memiliki bisnis konsultasi manajemen lainnya, konsultasi bisnis, dan broker bisnis.
Bali Bintang Sejahtera juga memiliki sport agency yang menyediakan sponsor bagi klub-klub sepakbola di Indonesia, jasa live video streaming pertandingan sepakbola Indonesia, dan pembuatan video iklan sponsor. Perusahaan juga menjalankan bisnis kafe.
Pada akhir Desember 2018, perusahaan memiliki aset senilai Rp 146,76 miliar. Nilai aset tersebut meningkat 68,66% dibandingkan periode 2017 sebesar Rp 87,02 miliar. Ekuitas perseroan membaik secara signifikan pada 2017-2018 menjadi Rp 28,59 miliar dan Rp 118,37 miliar setelah mengalami defisiensi modal Rp 390,39 juta pada 2016.
Pendapatan perusahaan juga terus tumbuh dalam tiga tahun terakhir. Pada 2016, pendapatan perusahaan mencapai Rp 26,29 miliar kemudian meningkat hampir dua kali lipat menjadi Rp 52,5 miliar pada 2017. Tahun lalu, pendapatan perseroan mencapai Rp 115,2 miliar, melejit 119% dibandingkan dengan 2017.
Bali Bintang membukukan laba bersih Rp 426,53 juta pada 2017 setelah merugi Rp 8,43 miliar pada 2016. Pada 2018, laba bersih perseroan tumbuh 12 kali lipat menjadi Rp 5,52 miliar.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Lanjar Nafi dalam risetnya menyebutkan, profitabilitas perseroan memiliki tingkat pengembalian terhadap aset (return on asset) sebesar 3,39%. Selama dua tahun terakhir, margin laba operasi perusahaan juga berada di atas 5%. Berdasarkan valuasi perbandingan rasio permodalan dan rasio laba perusahaan, harga wajar saham perseroan adalah Rp 190. Oleh karena itu, harga penawaran sebesar Rp 175 per saham dinilai murah.
Bali Bintang Siapkan Ekspansi di Sektor Retail hingga Teknologi
Dari penawaran 2 miliar saham atau setara 33,33% dari total modal disetor perusahaan, Bali Bintang akan mendapatkan dana Rp 350 miliar. Sekitar 60,5% atau Rp 211,75 miliar dari dana IPO akan digunakan untuk merekrut pemain dan pelatih profesional, penyelenggaraan event serta operasional klub, megastore, dan akademi sepakbola.
Dana IPO sebesar 20,4% atau Rp 71,4 miliar akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan kepada entitas anak. Adapun 19,1% atau Rp 66,85 miliar dari dana tersebut akan digunakan untuk belanja modal dalam pengembangan fasilitas dan peralatan di stadion, penambahan fasilitas latihan dan akademi, ekspansi gerai Bali United Store dan Playland, serta pengembangan teknologi informasi berupa aplikasi untuk para pendukung klub tersebut.
Ada beberapa strategi yang disiapkan perusahaan untuk meningkatkan bisnisnya. Perseroan akan menambah jumlah penggemar (fans) dengan menargetkan menjadi juara klub sepakbola di Indonesia, menjadi trendsetter dan influencer di seluruh Asia, serta menjadi klub dengan inovasi dalam bisnis, pemasaran, dan teknologi. Untuk memperkuat hubungan antara klub dengan para penggemar, brand engagement dilakukan melalui aplikasi di smartphone.
Perseroan juga akan bekerja sama dengan sponsor utama, seperti Smartfren, Exxon, dan Indofood untuk memperluas pengaruhnya. Selain itu, Bali Bintang akan menambah gerai-gerai retail Bali United agar merek Bali United dikenal sebagai salah satu merek fesyen olahraga dan gaya hidup hingga mendirikan produk Bali United FMCG.
(Baca: Makin Serius Merumput di Pasar Modal, Bali United Gelar Mini Expose)