Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Jumat (25/1) dibuka naik 0,15% ke level 6.476,31. Lima menit berselang IHSG sempat bergerak mendekati level 6.500 pagi ini, tepatnya pada posisi 6.498,33, IHSG kembali bergerak turun hingga saat ini berada di level 6.487,44 atau naik 0,32%.
Kinerja IHSG senada dengan kinerja bursa saham di Asia yang juga menghijau. Saat ini indeks Hang Seng naik paling tinggi yaitu sebesar 1,29%, Nikkei juga naik 1,02% walau perekonomian Jepang saat ini tengah dilanda isu resesi seiring dengan kinerja ekonomi yang mengecewakan pada 2018. Kemudian Kospi naik 0,94%, Strait Times naik 0,65%, Shanghai naik 0,54%, PSEi naik 0,32%, serta KLCI naik 0,25%.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, pergerakan IHSG hari ini akan dipengaruhi oleh rilis data investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) hari ini.
Dana asing diperkirakan akan terus mengalir ke pasar saham Indonesia, dan turut menopang pergerakan IHSG beberapa waktu mendatang. William memprediksi IHSG hari ini mampu menembus level 6.500 dan bergerak di kisaran 6.226 sampai 6.542.
(Baca: IHSG Naik 0,24%, Dana Asing Kembali Masuk ke Pasar Saham Indonesia)
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), dana asing yang telah masuk ke pasar saham Indonesia hingga Kamis (24/1) mencapai Rp 10,95 triliun. Investor asing secara konsisten membukukan pembelian bersih saham selama 17 hari perdagangan saham berturut-turut.
Hanya pada Rabu (23/1) kemarin investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 165,86 miliar, sehingga memutus catatan positif tersebut. Namun sehari kemudian investor asing kembali melakukan pembelian bersih saham Rp 158,86 miliar.
Sementara itu sentimen eksternal juga masih terus memengaruhi pergerakan IHSG dan bursa saham regional. Pada akhir bulan ini negosiasi dagang lanjutan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akan dilanjutkan di Washington DC, AS. Selain itu, the Fed juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuannya akhir Januari ini.
Kemudian investor juga masih menyoroti penutupan sebagian layanan publik di AS (government shutdown) yang telah mencatatkan rekor terlamanya sepanjang sejarah AS. Dewan penasihat ekonomi Gedung Putih telah memperingatkan bahwa kalau shutdown ini berlanjut, pertumbuhan ekonomi AS triwulan I tahun ini akan mendekati nol persen. Analis juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun ini dari semula 3% menjadi 2,5%.
(Baca: Dana Asing Sejak Awal Tahun Masuk ke Indonesia Rp 14,75 Triliun)