Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan saham sesi I siang ini di level 6.464,02 atau naik 0,20%, berkat optimisme kondisi perekonomian domestik, walaupun tekanan dari perkembangan ekonomi global tetap mengintai.
Optimisme tersebut tercermin dari naiknya indeks saham barang konsumsi dan manufaktur yang mengindikasikan investor masih meyakini sektor konsumi akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor barang konsumsi siang ini naik 0,46% sedangkan manufaktur naik 0,55%.
Kedua sektor tersebut bersama dengan sektor aneka industri dan tambang yang naik cukup tinggi, yaitu aneka industri melesat naik 1,89% sedangkan tambang naik 0,81%, mendorong kenaikan IHSG hingga siang ini.
Sementara itu transaksi saham sementara ini mencapai Rp 5,69 trilun dengan volume perdagangan saham sebanyak 9,56 miliar saham yang ditransaksikan sebanyak 313.099 kali. Sebanyak 238 bergerak positif, 162 saham bergerak turun, dan 115 saham stagnan.
(Baca: Fundamental Ekonomi Masih Baik, IHSG Dibuka Naik 0,12%)
Investor asing hingga siang ini telah membukukan penjualan saham bersih senilai Rp 165,86 miliar. Pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (23/1), investor asing untuk pertama kalinya membukukan penjualan bersih saham setelah selama 17 hari perdagangan saham di IHSG, sampai Selasa (22/1), membukukan pembelian bersih hingga Rp 10,96 triliun.
Tiga saham teratas yang paling banyak dilego oleh investor asing siang ini yaitu saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 131,5 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 56,9 miliar, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 45,3 miliar.
Beberapa saham yang menjadi incaran investor asing yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan pembelian bersih investor mencapai Rp 64,1 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) Rp 58,9 miliar, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) Rp 38,3 miliar.
Dengan keluarnya dana asing, kinerja IHSG siang ini bertumpu pada investor domestik yang didorong optimisme kondisi perekonomian nasional. Pemerintah menyatakan optimis mencapai pertumbuhan ekonomi 5,3% tahun ini yang akan bersumber dari peningkatan investasi dan konsumsi.
(Baca: Pembangunan Infrastruktur Masif, Akankah Dongkrak Ekonomi?)
Namun, dengan masih adanya ketidakpastian seputar berakhirnya government shutdown di AS, potensi Brexit tanpa adanya kesepakatan dengan Uni Eropa, serta perang tarif antara AS dan Tiongkok, investor asing diyakini masih akan mengalir ke pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hingga saat ini Presiden AS Donald Trump belum menunjukkan tanda-tanda akan segera mengakhiri shutdown. Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hasset dalam wawancaranya dengan CNN, mengatakan jika penutupan terus berlangsung, pertumbuhan ekonomi AS triwulan I tahun ini akan mendekati nol persen.
"Jika [penutupan] diperpanjang hingga triwulan I berakhir, dan mengingat fakta bahwa triwulan pertama (pertumbuhan) cenderung rendah karena sisa musiman, maka pertumbuhan ekonomi bisa berakhir dengan angka yang sangat mendekati nol pada kuartal pertama," kata Hasset.
Kinerja IHSG yang menghijau senada dengan bursa saham lainnya di Asia. Hingga berita ini ditulis, hanya indeks Nikkei yang terkoreksi yaitu sebesar 0,09%. Strait Times naik 0,43%, Hang Seng naik 0,36%, Shanghai naik 0,54%, Kospi naik 0,71%, PSEi naik 0,95%, dan KLCI naik 0,16%.
(Baca: Rangkul Pasar Ban Indonesia, Michelin Akuisisi 80% Saham Multistrada)