Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatatkan, generasi milenial berusia 21-30 tahun mendominasi investor ritel di pasar modal Indonesia. Persentase investor muda pada penghujung tahun 2018 ini mencapai 39,72% dari total investor pasar modal yang berjumlah 1,6 juta investor, atau sekitar 635.ooo investor.
Sementara itu, investor yang berusia 31-40 tahun mencapai 25,34% dari total investor, investor berusia 41-50 tahun mencapai 18,69%, investor berusia 51-60 tahun 10,69%, dan investor berusia di atas 60 tahun 5,56%. Investor tersebut terdiri dari investor saham, surat utang, reksa dana, surat berharga (SBSN), serta efek lainnya yang tercatat di KSEI.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kondisi pada 2017. Tahun lalu persentase investor milenial mencapai 26,2% dari total investor pasar modal yang berjumlah 1,1 juta investor. Sehingga, jumlah investor milenial tahun lalu hanya sekitar 288.000 investor.
(Baca: Kerja Sama Dukcapil, KSEI Perkirakan Investor Tumbuh 40% Tahun Depan)
Direktur Utama KSEI Friderica Widyasari menyambut gembira peningkatan jumlah investor milenial di pasar modal. Menurut Kiki, panggilan akrab Friderica, peningkatan tersebut salah satunya didorong oleh perkembangan teknologi pasar modal yang semakin mempermudah investor untuk melakukan investasi.
"Perkembangan teknologi di pasar modal yang kian maju sehingga memudahkan anak muda generasi milenial melakukan investasi. Kalau dulu, orang harus telepon brokernya. Sekarang, pakai telepon genggam sudah bisa jual-beli saham" ujarnya di Jakarta, Kamis (27/12)
Salah satu teknologi yang berkembang dan mampu merangsang keinginan anak muda berinvestasi adalah hadirnya teknologi finansial (tekfin), khususnya memudahkan mereka berinvestasi di reksadana. Tidak hanya itu, gencarnya sosialisasi yang dilakukan pihak self regulatory organization (SRO) bursa juga mampu menjaring banyak investor muda. Pihak SRO bursa banyak melakukan sosialisasi di kampus-kampus sehingga ada sekitar 300 galeri investasi di seluruh Indonesia.
(Baca: Tingkatkan Jumlah Investor, Otoritas Pasar Modal Gandeng Kemendagri)
Yang menarik, dari sekitar 1,6 juta investor berdasarkan informasi single investor identification (SID), 851 ribu SID memiliki instrumen saham, 988 SID memiliki reksa dana, dan 195 ribu SID memiliki SBN. Artinya, satu SID atau investor tidak hanya berinvestasi pada satu instrumen saja, tetapi juga berinvestasi di instrumen lainnya.
Total aset investor yang tercatat di Central Depository and Book Entry Settlement System (C-BEST) KSEI tercatat mencapai Rp 4.149,06 triliun yang terdiri dari aset investor saham Rp 3.501 triliun, obligasi korporasi Rp 400,93 miliar, obligasi pemerintah Rp 77,04 triliun, MTN Rp 74,19 triliun, SBSN Rp 30,42 triliun, sukuk Rp 23,3 triliun, negotiable certificate of deposit Rp 14,83 triliun, reksadana Rp 10,44 triliun, EBA Rp 9,84 triliun, waran Rp 6,02 triliun, dan lainnya Rp 380 miliar.
Sementara itu, persebaran investor secara demografi masih terpusat di Pulau Jawa dengan total aset investor mencapai Rp 2.118 triliun, Sumatera Rp 33,68 triliun, Kalimantan Rp 46,51 triliun, Sulawesi Rp 4,26 triliun, Bali-NTT-NTB Rp 3,45 triliun, serta Mauluku & Papua Rp1,27 triliun.
(Baca: Jarang Dilirik Investor, Jumlah Saham Syariah Hanya Naik 7,1%)