Pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen adalah yang tercatat pada Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dengan cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 26 Juni 2018. Sedangkan, cum dividen di pasar tunai pada 29 Juni 2018. 

Sepanjang 2017, Barito Pacific membukukan kenaikan pendapatan bersih sebesar 25% menjadi US$ 2,45 miliar. Dengan pertumbuhan ini, perseroan mampu mengantongi laba bersih US$ 279,9 juta. Total aset yang dimiliki perusahaan naik 42% menjadi US$ 3,64 miliar.

(Baca: Perusahaan Prajogo Beli Aset Chevron di Indonesia dan Filipina)

Pada 7 Juni 2018 lalu, BRPT menyelesaikan akuisisi 66,67% kepemilikan di Star Energy, produsen listrik panas bumi terbesar di Indonesia. Agus menilai akusisi Star Energy merupakan langkah penting dan sejalan dengan misi perseroan untuk fokus pada sektor sumber daya energi terbarukan.

“Setelah merampungkan akuisisi tersebut, kami berharap untuk menjadikan BRPT sebagai sebuah perusahaan di sektor energi yang terintegrasi dengan kemampuan operasional yang optimal, sumber pendapatan yang terdiversifikasi, dan untuk memperkuat serta meragamkan peluang pertumbuhannya,” kata Agus Salim.

Barito Pacific didirikan pada 14 April 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Saat ini, Perseroan melalui anak-anak perusahaannya melaksanakan kegiatan usaha di bidang kehutanan, petrokimia, property, perkebunan dan energi terbarukan. Beberapa anak perusahaannya adalah PT Chandra Asri Tbk dan Star Energy

Halaman: