Pasalnya, pada 2017 Japfa mencatat penurunan laba bersih signifikan hingga 51,6% menjadi Rp 997,3 miliar dari periode sebelumnya sebesar Rp 2,06 triliun. Selain karena tekanan beban, Bambang beralasan laba bersih pada 2016 memang naik signifikan lantaran perusahaan melakukan penjualan aset berupa usaha penggemukan sapi di Australia.
(Baca juga : Kemendag Terbitkan Izin Impor 36 Ribu Ton Daging Sapi)
“Penjualan pembibitan sapi karena aturan kuota impor sapi oleh pemerintah dan selisih kurs mata uang yang cukup signifikan,” ujar Bambang.
Sementara di sisi penjualan, pada tahun lalu Japfa berhasil mencetak kenaikan 9,3% menjadi Rp 29,6 triliundari tahun sebelumnya Rp 27,06 triliun.
Sedangkan berdasarkan segmen usaha, pada 2017 lalu pakan ternak masih menguasai mayioritas usaha perseroan dengan kontribusinya sebesar 45%, diikuti dengan segmen anak ayam umur sehari 11%, peternakan komersial dan produk konsumen 31%, peternakan sapi 3%, budidaya perairan 6%, dan perdagangan lain-lain 4%. Secara total peternakan unggas mencapai 87% dari penjualan.