Bursa Efek Indonesia merayakan ulang tahun ke-25 pada Kamis (13/7) ini. Para mantan Bos bursa pun berharap semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan pasar modal untuk mencari pendanaan publik alias go public. Hingga kini, baru 554 perusahaan yang menjadi emiten di BEI. Jumlah tersebut dinilai terlalu sedikit.
Direktur Utama BEI atau Bursa Efek Jakarta (BEJ) periode 1999-2002 Achmad Daniri berpendapat BEI perlu menggaet lebih banyak perusahaan kecil atau perintis (startup) yang memiliki gagasan bisnis bagus untuk memanfaatkan pasar modal dalam mencari pendanaan.
Maka itu, ia pun mendorong jajaran direksi dan komisaris saat ini untuk mempemudah akses bagi perusahaan untuk go public. Dengan begitu, tidak muncul juga anggapan bahwa pasar modal hanya tempat perusahaan besar. (Baca juga: OJK Turunkan Batasan Aset IPO agar Startup Bisa Masuk Bursa)
"Jadi saya yakin ke depan kalau kami dorong lagi 'tiada hari tanpa go public' itu menarik, mungkin lebih banyak perusahaan yang akan go public," ujar Daniri saat ditemui dalam perayaan 25 tahun BEI di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/7). (Baca juga: Dorong IPO, Jokowi Targetkan Dana Masuk ke Bursa Saham Naik 100%)
Di sisi lain, Direktur Utama BEI periode 2002-2008 Eri Firmansyah berpendapat jajaran pimpinan BEI harus membuat pasar modal Indonesia semakin menarik untuk para investor. Dengan begitu, likuiditas pasar semakin kuat dan keinginan perusahaan untuk mencari permodalan melalui BEI pun meningkat. “Produk-produk harus bisa diperbanyak," kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama BEI periode 2009-2015 Ito Warsito mengatakan, diperlukan strategi untuk semakin mengembangkan BEI ke depan, terutama melalui ide-ide yang dimiliki oleh generasi muda. Target-target yang telah ditetapkan pun harus bisa direalisasikan, di antaranya untuk menjadi bursa terbesar di ASEAN pada 2020. "Yang muda-muda yang akan teruskan apa yang sudah dirintis pendahulu," ujarnya. (Baca juga: Rombak Komisaris, BEI Ingin Jadi Bursa Terkemuka ASEAN Pada 2020)