Analis Ascend Agus Susanto Benzaenuri menambahkan kenaikan beban ini tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Padahal perusahaan sudah mengantisipasinya dengan menaikkan harga jual. Namun, upaya menaikan harga jual ini malah berdampak pada menurunnya volume penjualan. Makanya usaha ini tidak mampu memperbaiki kinerja keuangan perusahaan.

Berdasarkan riset KDB Daewoo, kesimpulan yang ditarik atas pelemahan saham ketiga perusahaan ini bisa dilihat dari dua hal. Pertama, pendapatan ketiganya masih tumbuh, meski tidak sekuat periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kedua, harga pokok penjualan (Cost of Goods Sold/COGS) tercatat naik dan memberikan tekanan pada laba kotor dan kinerja margin perusahaan.

Beragam pos-pos beban biaya yang naik juga semakin menekanan laba bersih perusahaan. Meskipun kunci penurunan kinerja lebih disebabkan kenaikan COGS, khususnya bahan baku. Perusahaan yang tidak mampu mengakumulasi harga jual, kemudian membebankan kenaikan cost input pada konsumen.

Dari sisi segmen usaha, sumber pendapatan Chaoren Pokphpan 77,1 persen dari pakan ternak, begitupun dengan Japfa (51,2 persen) dan Malindo (68,7 persen). Sementara kenaikan biaya bahan baku ketiga perusahaan, masing-masing naik 26,6 persen, 23,8 persen dan 20,2 persen.  

Hal inilah yang membuat kinerja perusahaan tertekan. Apalagi, ada kekhawatiran atas permintaan komoditas kedelai dan panen jagung yang akan melemah setelah penurunan harga yang terjadi tahun ini.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati