KATADATA ? Investor lagi-lagi memberikan sentimen negatif terhadap kemenangan koalisi partai pendukung Prabowo Subianto dalam pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Nilai tukar rupiah kembali melemah pada perdagangan Rabu (8/10). Hingga pukul 11.000, rupiah sudah melemah 59,7 poin atau 0,49 persen ke posisi Rp 12.262 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom PT Bank Danamon Tbk Anton Hendranata menuturkan, kemenangan koalisi pro Prabowo yang ketiga kalinya dalam pertarungan di parlemen meningkatkan kekhawatiran investor.
?Pertanyaannya apakah Jokowi mampu meng-handle (menangani) situasi politik yang tidak menentu ini,? kata dia saat dihubungi Katadata, Rabu (8/10).
(Baca: Koalisi Jokowi Gagal Lagi, IHSG dan Rupiah Dibuka Melemah)
Menurut dia, persoalan politik sangat memengaruhi pergerakan pasar keuangan di Indonesia pada saat ini. Meski begitu, situasi diprediksi relatif stabil pada tahun depan.
Dalam pandangannya, Jokowi sudah cukup berhasil menangani DKI Jakarta, meskipun secara politik mendapatkan tantangan yang cukup berat. (Baca: Pasar Mulai Hitung Ulang Proyeksi Rupiah)
Dia memperkirakan, pelemahan rupiah tidak akan jauh dari level Rp 12.200 per dolar. Setelah Jokowi mengumumkan kabinet yang sesuai ekspektasi pasar, ia optimistis rupiah akan kembali membaik.
Deputy Country Director Asian Development Bank (ADB) Indonesia Edimon Ginting mengatakan, situasi politik dalam negeri menambah tekanan rupiah yang memang sudah melemah.
Apalagi kurs juga tengah mendapat tekanan dari faktor global, terutama rencana the Fed menaikkan suku bunga. ?Dengan adanya (ketidakpastian) politik ini, pelemahan itu semakin dalam,? ujarnya. (Baca: Kegagalan Koalisi Jokowi Bisa Turunkan Ekspektasi Publik)
Edimon optimistis, rupiah akan kembali menguat setelah Jokowi menelurkan kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang akan membantu memperbaiki defisit neraca perdagangan Indonesia.
Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk Agustinus Prasetyantoko mengatakan, pelemahan rupiah tidak akan terlalu dalam lantaran pelaku pasar sudah mengantisipasi kemenangan koalisi pro Prabowo. (Baca: Pasar Tunggu Lobi Politik Koalisi Jokowi)