Kinerja Bakrie bertambah anjlok karena beban usaha hingga Maret 2020 naik 9,3% secara tahunan menjadi Rp 138,33 miliar. Dengan demikian, Bakrie hanya mampu menghasilkan laba usaha senilai Rp 12,22 miliar atau anjlok hingga 85,7%.
Perusahaan juga mengalami kerugian selisih kurs mencapai Rp 256,16 miliar. Berbanding terbalik dibanding periode yang sama tahun lalu yang untung Rp 10,92 miliar.
(Baca: Bertahun-Tahun Rugi, Bakrie & Brothers Akhirnya Laba Rp 850 M di 2019)
Meski begitu, total aset Bakrie per akhir Maret 2020 naik 12,5% dibanding akhir tahun lalu menjadi Rp 16,16 triliun. Total aset lancar perusahaan naik 15,9% menjadi Rp 13,05 triliun, begitu pula dengan aset tidak lancar yang naik 0,1% menjadi Rp 3,11 triliun.
Liabilitas Bakrie per akhir Maret 2020 menanjak lebih tinggi sebesar 17,7% dari Rp 12 triliun pada akhir Desember 2019 menjadi Rp 14,14 triliun. Liabilitas jangka pendek perusahaan naik hingga 18,6% menjadi Rp 13,18 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang naik 7,1% menjadi Rp 958,74 miliar.
Harga saham perusahaan berkode emiten BNBR ini pun sudah sejak lama menjadi bagian dari saham gocap alias Rp 50 per saham, nilai terendah harga saham.