PT Astra International Tbk (ASII) baru saja menunjuk Presiden Direktur baru, Djony Bunarto Tjondro menggantikan Prijono Sugiarto berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST). Djony pun memaparkan sejumlah strategi memimpin bisnis perusahaan di tengah maraknya tantangan dan lesunya ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Sejak pandemi diumumkan awal Maret, Astra memastikan, ada beberapa hal yang harus dilakukan di bisnis unit Astra," kata Djony dalam konferensi pers, Selasa (16/6).
Strategi pertama, perusahaan harus disiplinan dalam pengolahan finansial. Adanya strategi ini, mengharuskan perusahaan untuk melakukan efisiensi. Salah satu caranya, dengan menyesuaikan penggunaan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang dianggarkan tahun ini sekitar Rp 20-25 triliun.
(Baca: Djony Bunarto Resmi Jadi Presdir Astra Menggantikan Prijono Sugiarto)
Menurutnya, penggunaan dana capex dengan menentukan skala prioritas dana kas saat ini dinilai penting di tengah situasi saat ini. "Pengeluaran-pengeluaran biaya yang tidak perlu dan tidak urgent, coba ditekan semampu kami," katanya.
Kedua, Astra harus terus menjaga semua bisnis unitnya agar tetap bisa mempertahankan strategi efisensi biaya produksi (cost leadership) sejalan dengan keunggulan operasional yang sudah dibangun sejak lama. Dengan begitu, likuiditas dan arus kas bisa selalu dijaga, baik di Astra International maupun di bisnis unit atau anak usaha.
Menurutnya, perusahaan tak boleh larut di tengah kelesuan bisnis di masa pandemi corona. Dengan begitu, perseroan harus mampu melihat segala peluang usaha. "Kami harus tetap memperhatikan apapun yang berpotensi berkembang secara jangka panjang," katanya.
(Baca: Astra Tebar Dividen Rp 8,6 Triliun, Harga Saham Melesat 5,06%)
Oleh sebab itu, Djony menilai bahwa langkah yang ditempuh Astra ini merupakan upaya terpenting dalam menghadapi dampak Covid-19 pada bisnis unit Astra. Pasalnya, penyebaran virus corona turut memengaruhi seluruh bisnis Astra, termasuk sektor otomotif yang paling dini serta cukup parah terdampak.
Hal ini sebagaimana yang terlihat pada penjualan mobil periode Mei 2020 yang hanya mencapai 3.705 unit, berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Penjualan periode tersebut tersebut turun 96,4% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak lebih dari 102 ribu unit.
Namun, diirinya masih melihat adanya harapan kebangkitan sektor otomotif seiring dengan diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi untuk pemulihan ekonomi. "Pada Juni, kami melihat sudah ada pergerakan (penjualan mobil) yang cukup baik, sudah naik dibandingkan dengan Mei," katanya.
(Baca: Penjualan Mobil Tahun Ini Diramal Turun di Bawah 1 Juta Unit)
Sepanjang kuartal I 2020, Astra membukukan pendapatan bersih Rp 54 triliun, lebih rendah 9% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 59,6 triliun.
Laba bersih perusahaan pun menyusut 8% menjadi Rp 4,81 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,21 triliun seiring merebaknya pandemi corona yang mempengaruhi beberapa lini bisnis perseroan.