Bursa Efek Indonesia (BEI) ternyata masih berniat untuk mengubah satuan satu lot saham yang saat ini setara dengan 100 saham. Bursa buka peluang untuk menurunkan satuan lot menjadi 50 saham atau 10 saham per lot.
Padahal sebelumnya BEI menyatakan batal menyesuaikan ukuran satu lot saham lantaran masih banyak saham murah yang dapat dibeli oleh investor yang memiliki dana terbatas.
"Wacananya masih ada. Tapi apakah ke 50 atau 10 atau berapa, itu yang masih perlu diskusi," kata Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota BEI Laksono Widodo dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (30/6).
Meski begitu, Laksono menilai bahwa penerapannya terjadi tidak dalam waktu dekat. Bursa masih menunggu perdagangan di pasar modal kembali normal setelah adanya beberapa peraturan yang diterapkan di tengah situasi pandemi Covid-19 sejak Februari 2020 lalu.
(Baca: Banyak Saham Murah, Otoritas Bursa Batal Pangkas Ukuran Satuan Lot)
"Karena kami masih beroperasi dalam situasi dimana jam perdagangan dan parameter perdagangan yang lainnya masih dalam situasi terkena pandemi Covid-19, tentu ini akan dibahas nanti setelah situasi dianggap normal," katanya menambahkan.
Bursa saat ini memang terus melakukan diskusi dengan berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam rangka menormalkan kembali perdagangan di pasar modal. Hal itu sejalan dengan volatilitas indeks yang sudah jauh berkurang dibandingkan beberapa waktu lalu.
Beberapa peraturan yang diterapkan di pasar modal di tengah volatilitas indeks harga saham gabungan (IHSG) karena Covid-19, seperti tidak adanya saham yang bisa diperdagangkan saat pra-pembukaan, jam perdagangan yang lebih singkat, maupun kebijakan auto rejection asimetris.
"Kami akan melihat secara keseluruhan bagaimana treatment trading di market apakah bisa dikembalikan ke posisi normal sebelum pandemi Covid-19," kata Laksono.
(Baca: BEI akan Luncurkan Dua Indeks Pasar Modal Baru di Semester 2 Tahun ini)
Dia mengaku bahwa secara teknis, untuk mengembalikan parameter perdagangan kembali normal bukan hal sulit untuk dilakukan, karena bisa dilakukan hanya dalam hitungan hari. Namun yang membutuhkan waktu lama adalah diskusi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku pasar, anggota komite perdagangan, OJK, dan anggota bursa.
Untuk jam perdagangan Bursa yang lebih singkat, Laksono mengatakan bahwa anggota bursa sebenarnya tidak terlalu melihat urgensi untuk dikembalikan menjadi normal dalam waktu dekat. Hal ini sejalan dengan risiko penularan virus corona, sehingga anggota bursa merasa masih perlu menjaga kesehatan karyawannya.
"Ini kan proses diskusinya yang mungkin butuh waktu agak beberapa lama. Ini tentunya akan kami proses seperti yang disebutkan, terutama dengan OJK," kata Laksono.
(Baca: Bayar Kewajiban Keuangan, TPS Food Minta Tak Dihapus dari Bursa)