PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menderita penurunan laba bersih 37,7% menjadi Rp 17,11 triliun pada tahun 2020. Selain pendapatan, laba bank pelat merah tersebut tergerus oleh membengkaknya biaya pencadangan untuk mengantisipasi potensi kredit bermasalah.
Penurunan laba bersih sejalan dengan susutnya pendapatan bunga bersih Bank Mandiri sebesar 4,93 % menjadi Rp 56,5 triliun pada 2020. Adapun pendapatan premi bersih juga turun 16,32 % menjadi Rp 1,51 triliun.
Meski begitu, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan pada pendapatan non-bunga alias fee based income sebesar 4,92 % secara tahunan menjadi Rp 28,69 triliun. Jika ditotal, pendapatan operasional Bank Mandiri turun 2,12 % menjadi Rp 86,71 triliun.
Profitabilitas Bank Mandiri tergerus akibat membengkaknya biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) hingga 89,66% menjadi Rp 22,89 triliun pada 2020 dari Rp 12,07 triliun pada 2019.
Oleh karena itu, laba operasional Bank Mandiri, sebelum dikurangi pajak menjadi Rp 23,17 triliun pada 2020. Raihan tersebut, turun hingga 36,42 % dibandingkan 2019 yang senilai Rp 36,45 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, besarnya CKPN Bank Mandiri tahun lalu, untuk mengantisipasi peningkatan kredit macet alias non-performing loan (NPL) Bank Mandiri. Adapun, sepanjang 2020, NPL Bank Mandiri tercatat di level 3,09 % atau memburuk dari tahun sebelumnya di level 2,33%.
Pencadangan yang dilakukan Bank Mandiri, karena ada risiko debitur yang sepanjang 2020 direstrukturisasi akibat dampak pandemi Covid-19, turun menjadi NPL. Dari hasil pemantauan setiap bulan terkait perkembangan arus kas debitur tersebut, 10-11 % masuk dalam kategori berisiko tinggi untuk menjadi NPL.
"Sebagai antisipasi dari peningkatan NPL kontribusi dari 10% dari debitur restrukturisasi yang diestimasikan downgrade, Bank Mandiri sudah secara bertahap mencadangkan CKPN tambahan sejak Maret 2020 setiap bulan kita jalankan," kata Siddik dalam paparan kinerja Bank Mandiri, Kamis (28/1).
Sepanjang 2020, Bank Mandiri telah melakukan restrukturisasi kredit kepada 543.758 debitur terdampak pandemi Covid-19. Nilai kredit restrukturisasi yang disetujui oleh Bank Mandiri, mencapai Rp 123,4 triliun. Restrukturisasi banyak disetujui pada masa awal pandemi Covid-19, di mana tren restrukturisasi sudah banyak berkurang pada periode Oktober-Desember 2020.
Pencadangan alias provisi yang dilakukan Bank Mandiri, sebenarnya bukan kewajiban karena mendapat relaksasi melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11. Meski begitu, Bank Mandiri tetap melakukan pencadangan agar performa finansial Bank Mandiri tahun ini tidak terganggu.
"Sekarang kami sudah punya cukup CKPN, sehingga kalaupun yang sebagian dari debitur restrukturisasi itu downgrade ke NPL, kami sudah siapkan CKPN. Sehingga tidak akan mengganggu financial performance Bank Mandiri di 2021 ini," kata Siddik.
Sepanjang 2020, Bank Mandiri mampu menyalurkan kredit senilai Rp 871,27 triliun atau tumbuh hingga 7,08 % dibandingkan dengan 2019. Pertumbuhan kredit tersebut ditopang oleh penyaluran kredit ke segmen wholesale senilai Rp 492,7 triliun atau tercatat tumbuh hingga 8,63 % secara tahunan.
Sementara, dari penghimpunan dana, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 12,24 % menjadi Rp 1.047 triliun. DPK Bank Mandiri masih ditopang oleh tabungan senilai Rp 338,7 triliun, tumbuh 7,23 %. Disokong pula oleh giro senilai Rp 284 triliun atau tumbuh 20,13%.
Dalam menjaga profitabilitas, Bank Mandiri pun menurunkan cost of fund secara bank only sebesar 33 basis poin dibandingkan 2019 menjadi 2,53 %. Penurunan ini, sejalan dengan penurunan bunga simpanan di Bank Mandiri, seperti deposito menjadi 4,58 % dari 4,96 %.
Rasio lainnya, net interest margin Bank Mandiri pada 2020 tercatat mengalami penurunan 0,91 % menjadi 4,65 %. Sementara, capital adequacy ratio (CAR) juga mengalami penurunan 1,49 % menjadi 19,9 % pada 2020.
Target Kredit Tumbuh Single Digit
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan, Bank Mandiri memproyeksi mampu menumbuhkan kredit sebesar single digit pada 2021 ini. Bank milik pemerintah ini, bakal fokus pada penyaluran kualitas kredit sehingga NPL bisa ditekan menjadi 3-3,5% pada akhir tahun.
"Kami akan ekspansi secara prudent kepada targeted customer dan mempertimbangkan sektor-sektor yang masih potensial dan pemulihan ekonominya cepat karena Covid-19," kata Sigit dalam paparan kinerja, Kamis (28/1).
Bank Mandiri berencana untuk kembali menekan cost of fund pada tahun ini, dimana diharapkan mendekati angka 2 % dari sebelumnya 2,53 %. "Ada beberapa strategi yang kami lakukan dengan melakukan penurunan suku bunga. Tren ini akan kami lanjutkan," kata Sigit.
Untuk penghimpunan dana, Bank Mandiri juga berharap bisa menumbuhkan DPK di kisaran 6 %-7 % pada 2021. Dalam menjaga pertumbuhan tersebut, perusahaan ingin berfokus pada dana murah dengan persentase 68 %-69 % dari total DPK.