Tergerus Cadangan dan Kredit Melambat, Laba Bank Mandiri Anjlok 30%
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) membukukan laba bersih Rp 14,03 triliun hingga triwulan III 2020 atau yang berakhir September 2020. Namun, laba bersih bank ini turun hingga 30,7% dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 20,25 triliun.
Penurunan laba bersih itu seiring melorotnya pendapatan operasional Bank Mandiri sebesar 3,06% menjadi Rp 62,97 triliun. Penyebabnya adalah menurunnya pendapatan bunga bersih (net interest income) dan pendapatan berbasis komisi (fee based income).
Berdasarkan laporan keuangan triwulan III-2020 yang dirilis Senin ini (28/10), net interest income Bank Mandiri mencapai Rp 43,38 triliun atau turun 4,27%. Sementara, fee based income turun 0,26% menjadi Rp 19,58 triliun.
Selain pendapatan operasional, faktor utama penurunan laba bersih Bank Mandiri karena kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Bank Mandiri melakukan pencadangan hingga September 2020 senilai Rp 15,69 triliun, naik hingga 52,81% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 10,27 triliun.
Kenaikan nilai provisi tersebut membuat coverage ratio Bank Mandiri hingga triwulan III 2020 sebesar 205,15%, naik drastis dari coverage pada periode sama tahun lalu yang hanya 152,23%. Kenaikan tersebut sejalan dengan kualitas kredit yang memburuk, yang terlihat dari non-performing loan (NPL) di level 3,33% dari hanya 2,53%.
Hingga akhir September, total kredit yang disalurkan Bank Mandiri mencapai Rp 873,72 triliun atau tumbuh 3,79% dari Rp 841,85 triliun. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi berharap penyaluran kredit ini dapat membantu menggerakkan perekonomian di tengah wabah pandemi Covid-19.
Dia mengatakan saat ini salah satu fokus penyaluran kredit perseroan adalah membantu para pelaku usaha, khususnya pelaku UMKM. "Kami berharap inisiatif ini dapat ikut mengembalikan optimisme dan memulihkan denyut nadi perekonomian Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Senin (26/10).
Kredit Bank Mandiri mayoritas masih disalurkan kepada nasabah korporasi senilai Rp 313,6 triliun hingga September 2020, tumbuh 4,19% secara tahunan. Salah satu sektor yang mengalami penurunan adalah UKM. Kredit untuk usaha kecil ini turun 9,54% menjadi Rp 52,3 triliun.
Bank Mandiri mendapat penempatan dana negara dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Untuk program ini Bank Mandiri sudah menyalurkan Rp 42,6 triliun per 30 September 2020 kepada 132.979 debitur. Sebanyak 132.939 debitur atau 99% di antaranya merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Di samping itu, Bank Mandiri juga telah merestrukturisasi kredit 406.434 debitur UMKM terdampak covid-19 dengan nilai outstanding Rp47,7 triliun per 30 September 2020 untuk mendukung keberlangsungan usaha. Secara keseluruhan, total kredit yang direstrukturisasi sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11/POJK.03/2020 mencapai Rp116,4 triliun dari 525.665 debitur.
Dorongan kepada pelaku UMKM juga diberikan melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga September 2020, Bank Mandiri telah menyalurkan Rp14,74 triliun atau 83,28% dari target penyaluran tahun ini yang mencapai Rp17,7 triliun, dengan jumlah penerima sebanyak 175.140 debitur. Dengan demikian, outstanding KUR Bank Mandiri sejak tahun 2015 hingga saat ini mencapai Rp 36,0 triliun kepada 1,74 juta debitur.
Target Bank Mandiri
Bank Mandiri memperkirakan bakal mengantongi laba bersih sampai akhir tahun ini senilai Rp 16 triliun. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan capaian laba bersih tahun lalu yang mencapai Rp 27,48 triliun, atau turun sekitar 41% secara tahunan.
Salah satu penyebab penurunan target laba tersebut adalah tingginya NPL yang diperkirakan akan ada di kisaran 3%-4% hingga akhir tahun ini. Padahal per 2019, NPL Bank Mandiri ada di level 2,33%. Kenaikan NPL tersebut, membuat Bank Mandiri perlu melakukan pencadangan yang lebih besar dengan kebijakan konservatif.
"Sebagian kredit berisiko tinggi yang direstrukturisasi karena Covid-19 sesuai POJK 11, kami berikan cadangan," kata Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin dalam konferensi pers virtual, Senin (26/10).
Hingga akhir tahun ini, total CKPN yang akan dicadangkan Bank Mandiri berkisar Rp 18 triliun hingga Rp 21 triliun. Angka tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan CKPN yang dicadangkan pada 2019 lalu yang hanya Rp 12,07 triliun.
Bank Mandiri memasang target penyaluran kredit untuk sampai akhir tahun ini mampu tumbuh 3-4% dibandingkan penyaluran kredit 2019. Optimisme tersebut timbul dari capaian penyaluran kredit hingga triwulan III 2020 yang mampu tumbuh 3,79% menjadi Rp 873,72 triliun.
"Tapi memang tantangannya berat. Seperti dilihat dari permintaan kredit yang masih ada, tapi apakah besaran kredit-kredit yang justru dilunasi atau yang mungkin juga harus kami pertimbngkan tidak dimaksukan di on balance sheet," kata Darmawan.
Sementara, dari sisi profitabilitas, Bank Mandiri berharap net interest margin (NIM) hingga akhir tahun ini ada di kisaran yang sama dengan capaian di triwulan III 2020 di level 4,68%, turun tipis dari posisi periode sama tahun lalu di 5,58%.