Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,02% atau 62 poin ke level 6.076 pada penutupan perdagangan sesi I Senin (16/8) hari ini, dari level penutupan akhir pekan lalu 6.139.
Padahal, pada pembukaan perdagangan pagi tadi, indeks saham sempat naik ke level 6.144, sebelum akhirnya terjerembab ke level rendah dengan rentang pergerakan 6.057-6.147.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), volume saham yang ditransaksikan pada hari ini tercatat sebesar 13,82 miliar saham, dengan nilai transaksi Rp 6,98 triliun dan frekuensi 846.642 kali. Sebanyak 136 saham bergerak naik, 348 saham turun, dan 148 saham tidak bergerak.
Analis PT Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan IHSG sesi I mengatakan investor masih memiliki kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pelaku saham juga menunggu dan melihat perkembangan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakt (PPKM) yang berakhir hari ini.
Sementara itu, pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar bergerak variatif. Di sisi lain, pelaku saham melakukan aksi ambil untung pada saham-saham perusahaan teknologi dan bank digital. Hal ini juga dianggap menjadi penyebab penurunan IHSG pada siang hari.
"IHSG sesi I rata-rata pemberatnya akibat aksi profit taking di saham-saham emiten teknologi dan bank digital," ujar Hendriko kepada Katadata.co.id, Senin (16/8).
Penurunan IHSG ini bersamaan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo yang mematok target pertumbuhan ekonomi dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2022 sebesar 5% - 5,5%. Menurut Kepala Negara, Pandemi Covid-19 yang diperkirakan belum hilang menjadi tantangan bagi perekonomian tahun depan.
"Kita akan berusaha maksimal mencapai target pertumbuhan di batas atas, yaitu 5,5%," ujar Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD RI, Senin (16/8).
Meski demikian, Jokowi mengingatkan pemerintah harus tetap waspada, karena perkembangan Covid-19 masih sangat dinamis. Pemerintah akan menggunakan seluruh sumber daya, analisis ilmiah, dan pandangan ahli untuk terus mengendalikan Pandemi Covid-19.
"Dengan demikian, pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial dapat dijaga serta terus dipercepat dan diperkuat," katanya.
Jokowi mengatakan, target pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural.
Namun, menurut dia, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Pemerintah akan menjaga inflasi dan rupiah pada tahun depan untuk mendukung daya beli masyarakat. Inflasi tahun depan dipatok 3%, sedangkan kurs Rp 14.350 per dolar AS.
Sementara asumsi suku bunga pada tahun depan akan menggunakan acuan surat berharga negara tenor 10 tahun pada level 6,82%. Dari sisi komoditas minyak dan gas alam, pemerintah memprediksi harga minyak mentah Indonesia akan berkisar pada US$ 63 per barel. Sedangkan, lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 703 ribu barel dan 1,036 juta barel setara minyak per hari.
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian Indonesia sejak 2019. Pada tahun pertama pandemi tersebut, ekonomi Indonesia bahkan minus 2,07%, pertama kali sejak krisis 1998.
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengatakan, seluruh masyarakat Indonesia merasakan dampak pandemi Covid-19, baik di perkotaan maupun pedesaan. Ketahanan ekonomi masyarakat melemah akibat hilangnya pekerjaan dan tidak adanya ketersediaan lapangan kerja.
"Dampak lainnya adalah hilangnya kesempatan berusaha akibat terbatasnya aktivitas ekonomi masyarakat, modal, dan investasi untuk menopang perekonomian masyarakat kecil dan menengah," kata dia.
Ekonomi mulai menunjukkan pertumbuhan positif pada kuartal kedua tahun ini mencapai 7,07% secara tahunan. Namun, lonjakan kasus yang kembali terjadi sejak akhir Juni membuat pemerintah merevisi proyeksi pertumbuhan tahun ini dari 5% dalam APBN 2021 menjadi sekitar 3,9%.
Bank Indonesia dan sejumlah lembaga asing juga telah memangkas target pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Bank sentral memangkas pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 4,1% hingga 5,1% menjadi 3,5% hingga 4,3%. Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,5% pada outlook April 2021 menjadi 4,1% pada outlook Juli 2021. Sedangkan, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dari 4,3% menjadi 3,9%.
Sebelumnya, Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper memprediksi IHSG hari ini naik terbatas. Berdasarkan analisis teknikalnya, area resisten indeks hari ini ada di level 6.209 dan 6.174. Sedangkan support di pertama dan kedua ada di kisaran 6.108 dan 6.077.
"Investor akan mencermati data neraca perdagangan yang akan dirilis pada awal pekan. Serta data kasus Covid-19 terbaru yang akan berpengaruh pada potensi perpanjangan PPKM," kata Dennies dalam riset tertulisnya.
Sebaliknya, CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi IHSG hari ini berpotensi tertekan. Adapun, area pergerakan indeks di hari kejepit ini berdasarkan analisis teknikalnya ada di kisaran 5.996-6.198.
Menurut dia, laju pergerakan IHSG dalam pekan pendek yang akan dilalui terlihat berpotensi masih berkutat dalam rentang konsolidasi wajar. Besok, Selasa (17/8) perdagangan libur karena merayakan ulang tahun Indonesia.
"Padahal, akan banyak rilis data perekonomian pada pekan ini seperti BI rate, rilis data penjualan roda empat dan roda dua. Sedikit banyak akan memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG dalam pekan pendek ini," katanya.