Perusahaan kurir PT Global JET Express (J&T Express) dikabarkan mengubah rencana penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) dari bursa di Amerika Serikat (AS) menjadi di Hong Kong. Perusahaan diperkirakan mampu mengumpulkan dana US$ 1 miliar atau setara Rp 14,36 triliun (asumsi kurs Rp 14.367) dalam proses IPO ini.
J&T Express juga dikabarkan sudah bekerja sama dengan Bank of America Corp, China International Capital Corp, dan Morgan Stanley untuk rencana IPO tahun depan. Informasi tersebut diungkap oleh sumber Bloomberg yang tidak mau disebutkan namanya.
Sebelumnya, unicorn bidang logistik ini memang berencana untuk melantai di bursa saham AS setelah triwulan IV 2020. Namun, J&T berubah pikiran karena kebijakan pemerintah Tiongkok dalam pengawasan terhadap perusahaan yang terdaftar di luar negeri.
Meski berasal dari Indonesia, sejumlah investor J&T berbasis di Tiongkok dan perusahaan logistik tersebut memiliki operasi yang signifikan di sana. Kata salah satu sumber, hal ini memicu kekhawatiran di dalam perusahaan tentang potensi pengawasan dari Beijing.
Persiapan untuk pencatatan saham di papan Bursa Hong Kong berada pada tahap awal dan rincian rencana IPO J&T Express termasuk besaran dan jadwal masih dapat berubah. Sumber itu juga mengatakan, perusahaan tetap dapat memutuskan untuk IPO di AS, setelah melantai di Bursa Hong Kong.
Katadata.co.id menghubungi tim hubungan masyarakat J&T Express terkait dengan kabar IPO di Hong Kong. Namun, tim humas belum bisa memberikan konfirmasi. "Mengenai berita ini, dari kami pun belum ada informasi yang dapat kami sampaikan terkait hal tersebut," kata tim humas.
Rencana IPO J&T Express ini menyusul beberapa kabar perusahaan rintisan (startup) Indonesia untuk melantai di bursa dan menjadi perusahaan terbuka. PT Bukalapak.com Tbk menjadi yang pertama merealisasikan dengan melantai di Bursa Efek Indonesia pada 6 Agustus 2021 lalu.
Sebelumnya, Komisaris BEI Pandu Sjahrir pernah mengatakan, selain J&T Express dan Bukalapak, unicorn lain yang berencana menjadi perusahaan terbuka adalah Gojek-Tokopedia (GoTo) dan PT Trinusa Travelindo (Traveloka). Dalam pemberitaan sebelumnya, perusahaan e-commerce milik Djarum Group, Blibli juga dikabarkan segera melepas saham perdananya ke publik.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), GoTo menjadi perusahaan rintisan dengan nilai kapitalisasi pasar paling besar. Nilai kapitalisasi pasar Go-To bisa mencapai US$ 18 miliar atau setara Rp 261 triliun (asumsi kurs: Rp 14.500 per saham).
Selanjutnya, nilai kapitalisasi pasar J&T Express diperkirakan bisa mencapai US$ 7,8 miliar atau Rp 113,1 triliun. Berikutnya ada kapitalisasi pasar Bukalapak yang diperkirakan bisa mencapai US$ 6,05 miliar atau Rp 87,72 triliun. Sementara itu, perkiraan nilai kapitalisasi pasar Traveloka mencapai US$ 2,75 miliar atau Rp 39,87 triliun.