PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) berpotensi mengantongi dana segar Rp 2,5 triliun dari aksi korporasi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue. Rights issue dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (2/12) dan diperdagangkan hingga Rabu (8/12).

Berdasarkan prospektus terbaru, Bank Neo Commerce akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 1,92 miliar unit saham atau setara 20,45% dari total setelah rights issue. Harga pelaksanaannya Rp 1.300 per saham sehingga muncul potensi raihan dana.

PT Akulaku Silvrr Indonesia selaku pemegang saham pengendali 24,98% saham, Rockcore Financial Technology Co. Ltd. pemilik 6,12% saham, dan PT Gozco Capital pemilik 16,53% saham, telah menyatakan kesanggupannya untuk mengambil haknya.

Dalam rights issue ini, tidak terdapat pembeli siaga. Dengan demikian, apabila setelah alokasi masih terdapat sisa rights issue yang tidak dilaksanakan, maka seluruh saham yang tersisa tidak akan dikeluarkan saham dari portepel.

"Atas komitmen tersebut, Akulaku, Rockcore Financial, dan Gozco Capital telah memiliki dana yang cukup untuk melakukan pembelian saham baru yang akan diterbitkan oleh Bank Neo Commerce melalui rights issue," seperti dikutip dari prospektus, Rabu (1/12).

Jika hanya ketiga pemegang saham itu saja yang akhirnya melaksanakan haknya, porsi pemegang saham lainnya akan terdilusi 20,45%. Yellow Brick Enterprise Ltd yang punya 11,1% akan turun menjadi 9,89%. Kepemilikan publik 41,27% akan turun menjadi 36,76%.

Sementara, pemegang saham yang melaksanakan haknya, persentasenya bertambah. Akulaku selaku pengendali yang sebelumnya punya porsi 24,98% saham, naik menjadi 27,98% setelah rights issue terlaksana.

Lalu, Gozco Capital yang porsi kepemilikannya 16,53% di Bank Neo Commerce, meningkat menjadi 18,52%. Kepemilikan Rockcore Financial yang punya porsi saham 6,12%, meningkat menjadi 6,86% setelah aksi korporasi ini.

Bank Neo Commerce akan menggunakan dana hasil rights issue ini untuk memperkuat modal intinya. Per September 2021, modal inti Bank Neo Commerce Rp 1,02 triliun. Sehingga, setelah rights issue, modal intinya sudah sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) minimal Rp 3 triliun pada akhir 2022.

Adapun, dengan peningkatan modal inti tersebut, Bank Neo Commerce berencana menggunakan 40% untuk kegiatan operasional perbankan. Lalu, 30% untuk mendukung pengembangan teknologi informasi.

Bank Neo Commerce berencana menggunakan 15% dana untuk modal dalam mendukung ekspansi kredit atau aktiva produktif. Sisa 15% dana akan digunakan untuk memperkuat rasio permodalan (CAR) untuk cadangan aset produktif ke depannya.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Neo, Tjandra Gunawan, mengatakan tujuan rights issue salah satunya memenuhi modal inti yang ditetapkan OJK minimal Rp 2 triliun pada akhir tahun ini. Angka tersebut akan naik menjadi Rp 3 triliun pada akhir 2022.

"Hal ini sebagai bentuk keseriusan BNC dan untuk mempercepat akselerasi transformasi menjadi bank digital terdepan di Indonesia,” kata Tjandra melalui siaran pers, Senin (22/11).

Penambahan modal akan diprioritaskan untuk investasi berkelanjutan pada teknologi informasi. Langkah yang ditempuh dengan pengembangan aplikasi neobank milik Bank Neo seperti pengembangan fitur dan layanan perbankan yang inovatif.

Dana rights issue juga akan digunakan untuk mendukung kinerja operasional bank, di antaranya pengembangan dan rekrutmen karyawan, kegiatan promosi, dan edukasi tentang bank digital. Bank Neo pun hendak memperkuat rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

“Raihan modal hasil aksi korporasi ini tentu saja sangat penting bagi perkembangan fitur, layanan, dan produk BNC," ujar Tjandra.

Tjandra mengatakan, ke depan, BNC akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman unik perbankan digital. BNC akan fokus pada inovasi dan terobosan, berfokus pada interaksi antar-nasabah.