IHSG Tumbuh 10%, Imbal Hasil Bursa Indonesia Terbesar ke-6 di Dunia

ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/hp.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
Penulis: Lavinda
3/1/2022, 15.21 WIB

Imbal hasil atau return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2021 tercatat sebesar 10,08%. Angka ini menjadi yang terbesar keenam di dunia, mengalahkan indeks saham bursa Singapura, Jepang, dan Cina. 

"Saat ini, IHSG berada di level 6.581,48, return-nya sudah 10,08%. Ini termasuk jajaran terbaik di Asia di antara negara lain," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam Konferensi Pers Pembukaan Perdagangan Saham 2022, Senin (3/1).

Berdasarkan data OJK, indeks saham yang menghasilkan imbal hasil paling besar di dunia sepanjang tahun lalu ialah bursa saham Taiwan yakni mencapai 23%. Disusul kemudian oleh bursa saham Amerika Serikat 18,9%, Inggris 14,5%, dan Australia 14,5%.

Di urutan selanjutnya, ada indeks saham Thailand yang mencetak imbal hasil 14,3%, dan Indonesia di peringkat keenam terbesar yakni 10,08%. Kemudian, indeks saham Singapura tumbuh 9,9%, indeks saham Jepang naik 4,9%, Cina 4,2%, Korea Selatan 3,6%, dan Filipina 2,7%.

Di sisi lain, indeks saham Malaysia mengalami penurunan -5,1% sepanjang 2021. Indeks saham Hong Kong bahkan ambles hingga -15,1%.

Menurut Wimboh, pertumbuhan IHSG tak terlepas dari meningkatnya minat masyarakat berinvestasi di pasar modal nasional.

"Investor pasar modal di Indonesia sudah naik dari 3,8 juta menjadi 7,4 juta di 2021. ini menunjukkan investor ritel, khususnya milenial banyak menabung saham," ujarnya.

Adapun, penghimpunan dana di pasar modal sepanjang 2021 melonjak signifikan. Ini terbukti dari nilai emisi efek yang tercatat mencapai Rp 363 triliun dari 194 emiten. Jumlah ini melonjak 206% dari penghimpunan dana 2020 yang hanya Rp 118,7 triliun dari 169 perusahaan. 

Penghimpunan dana sebagian besar bersumber dari perusahaan di sektor teknologi dan keuangan, Ke depan, dua sektor tersebut akan menjadi mesin pertumbuhan di masa mendatang.

"Jumlah emiten baru sebanyak 56 perusahaan dan membuat jumlah perusahaan kini menjadi 766 emiten," katanya.

Penghimpunan dana di pasar modal bahkan lebih tinggi dari pertumbuhan kredit sepanjang tahun lalu yang hanya Rp 228 triliun. Menanggapi hal tersebut, Wimboh berharap data ini merupakan sinyal yang baik bagi kondisi investasi di masa mendatang. 

Berdasarkan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022, pemerintah menargetkan produk domestik bruto (PDB) tahun ini akan tumbuh 5,2%. Hal ini menambah keyakinan bahwa pasar modal akan bertumbuh.