IHSG Berpotensi Menguat dalam Jangka Pendek Dipicu Aliran Dana Masuk

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12/2020).
24/3/2022, 06.46 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan meningkat dalam jangka pendek ditopang potensi aliran dana asing yang masuk ke pasar modal nasional. Sebelumnya, indeks saham ditutup merosot 0,067% atau 4,71 poin ke level 6.996,12 pada akhir perdagangan Rabu (23/3).

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, pola pergerakan IHSG masih menunjukkan sedang melalui rentang konsolidasi wajar sebelum dapat melanjutkan kenaikan jangka pendeknya.

Ia menyebut, rekor tertinggi sepanjang masa IHSG terlihat belum mampu diraih, disebabkan oleh masih minimnya sentimen yang dapat mendorong kenaikan IHSG. Namun, capital inflow yang terlihat kembali masuk ke dalam pasar modal Indonesia turut menjadi penunjang bagi pergerakan IHSG.

"Sehingga jika terjadi fluktuasi harga, para investor masih dapat memanfaatkan momentum untuk melakukan akumulasi pembelian," kata William dalam hasil risetnya, Kamis (24/3).

Ia merekomendasikan investor untuk memantau saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan, IHSG diperkirakan berpotensi menguat dan bergerak di level 6.823 - 7.032. IHSG menghadapi resisten 7.030, di mana adanya penutupan di atas level tersebut akan membuka jalan untuk kenaikan menuju 7.066 sebagai target kenaikan berikutnya.

"Namun, pertimbangkan potensi pergerakan melemah karena IHSG masih ditutup tepat di level resisten minor 7.000," kata Ivan dalam risetnya, dikutip Rabu (23/3).

Adapun, titik resistance IHSG hari ini diperkirakan ada di posisi 7.030, 7.067 dan 7.114, sedangkan titik support ada di posisi 6.912, 6.895 dan 6.838.

Sebagai informasi, support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali tumbuh karena peningkatan pembelian. Jika harga terus melemah, harga akan terus menurun untuk menemukan titik support baru.

Sedangkan, resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju pertumbuhan harga tertahan.

Adapun sejumlah saham yang ia rekomendasikan untuk dikoleksi yakni PT Timah Tbk (TINS). Ia merekomendasikan hold atau take profit sebagian di level 1.830. Ia menyebut, TINS berpeluang untuk naik mencapai level 1.830 karena berhasil ditutup di atas Fibonacci Retracement 50% dari wave [iv] pada skenario bullish.

Ivan juga merekomendasikan saham perbankan lainnya yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Ia merekomendasikan hold atau trading buy di rentang harga 7.600-7.750. BMRI diperkirakan menguat dan melanjutkan fase bullish menuju target di 8.550 jika mampu menembus ke atas 8.100. Namun, ada potensi gelombang koreksi kedua jika BMRI gagal menembus di atas 8.000.

Kemudian, ia juga menyarankan hold atau trading buy pada saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) di rentang harga 2.630-2.670. Selain itu, ia merekomendasikan untuk take profit sebagian di 2.300 pada saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).

Terakhir, ia merekomendasikan hold atau buy on weakness pada saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) di rentang 6.100-6.200. Ivan memperkirakan INCO berpeluang untuk tetap dalam fase uptrend jika mampu menembus dan ditutup di atas 6.450 hari ini (24/3).

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi