Bank Sampoerna Kaji Opsi IPO untuk Penuhi Modal Rp 3 Triliun

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Ilustrasi perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Penulis: Syahrizal Sidik
3/6/2022, 17.22 WIB

PT Bank Sahabat Sampoerna, perusahaan yang terafiliasi dengan Sampoerna Strategic Group mempertimbangkan rencana untuk melantai di bursa saham.

Corporate Communication & Investor Relation Head Bank Sampoerna, Ridy Sudarma Lie menyatakan, IPO menjadi salah satu opsi yang disiapkan perusahaan untuk memenuhi ketentuan modal inti bank umum oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang minimal Rp  3 triliun di akhir tahun ini selain suntikan dari pemegang saham perusahaan. 

"Proses IPO kan panjang ya, banyak hal yang harus dikaji. Kita siapkan dari tahun lalu, IPO ini hanya salah satu opsi," kata Rudy di Jakarta, baru-baru ini.

Perusahaan, katanya saat ini sudah memiliki modal inti sebesar Rp 2,6 triliun, sehingga hanya perlu sekitar Rp 400 miliar lagi untuk memenuhi persyaratan modal inti OJK.

Ridy menjelaskan, tahun ini kondisi pasar saham masih belum cukup kondusif, sehingga bila IPO dilaksanakan di tahun ini, ada kemungkinan serapannya tak maksimal.

"IPO harus melihat kondisi pasar, saat ini kondisinya lagi kurang oke, kurang mendukung untuk IPO dengan harga yang maksimal. Sekarang sangat terbuka kemungkinan dari shareholder," ungkapnya.

Berdasarkan data di situs perusahaan, saat ini pemegang saham terbesar Bank Sampoerna masih dimiliki PT Sampoerna Investama dengan kepemiilkan 64,24%.

Adapun, bertindak sebagai pemegang saham pengendali terakhir atau ultimate shareholder adalah Michael Joseph sampoerna dan Ekadharmajanto Kasih melalui PT Sampoerna Investama atau Grup Sampoerna Strategic.

Selanjutnya, Xendit Pte Ltd  menguasai sebesar 14,96%, PT Cakrawala Mulia Prima (Alfa Group) 14,28%, Abakus (Asia Pacific) Pte Ltd 2,55%. Sisanya pemegang saham individu yang dimiliki Sultan Agung Mulyadi 2,49%, Eka Dharmajanto Kasih 0,79% dan Yan Peter Wangkar 0,69%.

Sampai dengan 31 Maret 2022, Bank Sampoerna mengantongi laba bersih senilai Rp 13 miliar, naik 17,3% secara tahunan.

Pertumbuhan laba bersih ini seiring dengan penyaluran kredit Bank Sampoerna di tiga bulan pertama tahun ini yang mencapai Rp 8,1 triliun, naik 5,2% dari tahun lalu. Adapun, eksposur penyaluran kredit lebih dari 40% ditujukan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Dari sisi risiko kredit, Bank Sampoerna mencatatkan rasio kredit bermasalah atau non performing loan/NPL sebesar 2,8% per akhir Maret ini. Sedangkan, rasio kecukupan modal perusahaan naik menjadi 30,6% dari tahun lalu seiring dengan adanya penambahan modal sebesar Rp 900 miliar dalam setahun terakhir.