Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan terdapat sebanyak 23 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham di tahun ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia merinci, sebanyak 23 perusahaan itu terdiri dari 1 perusahaan dari sektor barang baku, 2 perusahaan dari sektor perindustrian, 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, 2 perusahaan dari sektor barang konsumer primer.
Selanjutnya, sebanyak 5 perusahaan dari sektor barang konsumer non primer, 4 perusahaan dari sektor teknologi, 2 perusahaan dari sektor kesehatan, 2 perusahaan dari sektor energi.
Lainnya, sebanyak 2 perusahaan berasal dari sektor keuangan dan masing-masing 1 perusahaan dari sektor properti dan real esate serta sektor infrastruktur.
"Sampai dengan 24 Agustus 2022, terdapat 43 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp21,7 triliun," kata Nyoman, kepada awak media.
Dia menambahkan, untuk penebritan obligasi dan sukuk, hingga 24 Agustus 2022 terdapat 90 emisi obligasi dan sukuk yang telah dicatatkan di BEI dan diterbitkan oleh 63 perusahaan dengan total dana mencapai Rp109,9 triliun.
Sedangkan, pada pipeline pencatatan obligasi dan sukuk, terdapat 17 emisi obligasi dan sukuk, yang akan diterbitkan oleh 13 perusahaan.
Sebelumnya, berdasarkan laporan dari lembaga riset Ernst & Young, penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di BEI merupakan aksi yang paling aktif di Asia Tenggara selama pandemi Covid-19.
Hal itu tercermin dari pencapaian IPO BEI pada 2020 dan 2021 yang tercatat masing-masing 51 dan 54 perusahaan. Selain itu, nilai penggalangan dana IPO pada 2021 yang sebesar Rp 62,6 triliun merupakan nilai tertinggi untuk Bursa di kawasan Asia Tenggara.
"BEI menjadi bursa dengan jumlah IPO saham terbanyak dan menjadi bursa pertama yang mencatatkan saham perusahaan Unicorn di kawasan ASEAN," katanya.