PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 400-600 miliar pada tahun ini. Belanja modal digunakan untuk menggenjot produksi.
Direktur Keuangan Sampoerna Agro Heri Harjanto menjelaskan, belanja modal pada tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pihaknya mendorong belanja lebih besar karena sejumlah kegiatan sempat tertunda pada tahun lalu karena pandemi.
"Kami alokasikan sebagian di fix asset sebesar 52% dan plantation asset sebesar 48%. Ini termasuk program kami untuk memperbaiki infrastruktur di kebun karena kami tahu supply chain dan logistik sangat memegang peranan penting dalam logistik pertumbuhan bisnis kami,” kata Heri Harjanto.
Ia pun memperkirakan produksi belanja modal pada tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Produksi akan meningkat seiring belanja modal yang digelontorkan tahun ini dan curah hujan yang baik.
“Dengan kondisi curah hujan yang sangat baik dalam dua tahun terakhir ini, kami melihat produksi pada tahun depan akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini,” kata Heri.
Direktur Utama Sampoerna Agro Tbk Budi Setiawan Halim mengatakan, perusahaan masih mengandalkan produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) sebagai sumber pendapatan utama. Ia menilai CPO masih memiliki prospek yang cerah.
“Kalau kami melihat prospek harga CPO masih stabil. Kami melihat supply dan demand minyak nabati di dunia ini cukup berimbang," ujarnya.
Ia memperkirakan harga CPO masih akan bagus pada semester kedua seiring pergerakan harga minyak kedelai. Menurut dia, harga CPO lebih kompetitif dibandingkan harga minyak nabati lainnya.
Perseroan membukukan penjualan mencapai Rp2,6 triliun pada semester 1 tahun ini, turun 2% dibandingkan periode yang sama tahun ini. Penurunan penjualan disebabkan oleh turunnya pendapatan CPO yang memberikan sumbangan terbesar.