Inflasi Melonjak 1,17%, IHSG Sesi 1 di Tutup di Zona Merah

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
3/10/2022, 13.35 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menurun 0,32% ke level 7.018 pada sesi I perdagangan hari ini, Senin (3/10). Pada awal perdagangan, indeks saham dibuka di level 7.040 dan menyentuh angka tertingginya di level 7.074.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan paruh pertama saham hari ini, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 6.028 triliun dan frekuensi 733,07 kali. Sementara itu 265 saham terkoreksi, 261 saham bergerak di zona hijau dan 159 saham tak bergerak.

Penurunan harga saham ini bersamaan dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPK) terkait indeks harga konsumen (IHK) yang mencatatkan inflasi bulanan pada September yang mencapai 1,17%.

Kenaikan inflasi terutama disumbang oleh kenaikan harga BBM jenis Pertalite, Solar, dan Pertamax yang dilakukan pemerintah awal bulan lalu.

"Inflasi yang terjadi pada September sebesar 1,17% secara bulanan merupakan inflasi tertinggi sejak Desember 2014. Saat itu, inflasi mencapai 2,46% juga sebagai akibat kenaikan harga BBM pada November 2014," ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (3/11).

Ia mencatat, inflasi tahun kalender mencapai 4,84%, sedangkan inflasi tahunan mencapai 5,95%. Selain akibat kenaikan harga bensin, kenaikan inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan tarif angkutan dalam kota, angkutan online, dan kenaikan bahan bakar rumah tangga.

IHSG Diprediksi Melemah sampai Akhir Perdagangan

Laporan riset KB Valbury Sekuritas memperkirakan IHSG akan melemah pada perdagangan hari ini, di tengah dominasi katalis negatif, baik dari internal maupun eksternal bagi pasar saham nasional.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan ekonomi global berisiko resesi pada 2023. Riset KB Valbury Sekuritas memperkirakan, hal itu disebabkan oleh pengetatan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan di bank sentral sejumlah negara.

“Bank Dunia sudah menyampaikan kalau bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara cukup ekstrim dan bersama-sama, maka dunia pasti mengalami resesi di 2023,” dalam hasil riset KB Valbury Sekuritas yang dirilis Senin (3/10).

Sikap the Fed menaikan suku bunga acuan 75 bps dari 2,25-2,5% menjadi 3-3,25% pada September 2022 turut memantik gejolak berbagai bank sentral dunia.

Kenaikan suku bunga oleh bank sentral terutama di negara-negara maju secara cepat dan ekstrim itu pasti akan memukul pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut.

Adapun pada separuh perdagangan hari ini mayoritas sektor perdagangan berada di zona hijau dan dipimpin oleh sektor industri yang naik 0,96%. Saham-saham di sektor industri yang mengalami kenaikan adalah Astra International Tbk (ASII) yang naik 0,38% atau 25 poin menjadi Rp 6,650 per saham.

Selanjutnya United Tractors Tbk (UNTR) yang naik 0,46% atau 150 poin menjadi Rp 32,975 per saham. Terakhir Global Mediacom Tbk (BMTR) yang naik 1,31% atau 150 poin menjadi Rp 310 per saham.

Sektor lain yang naik yakni sektor teknologi naik 0,21%, sektor energi naik 0,31%, sektor non primer naik 0,22%, sektor transportasi naik 0,11%, dan sektor properti naik 0,11%.

Sedangkan sektor yang berada di zona merah yakni sektor primer turun 0,13%, sektor infrastruktur turun 0,27%, sektor keuangan turun 0,38%, sektor industri dasar turun 0,69%, dan sektor kesehatan turun 1,23%.

Saham yang masuk dalam top gainers hari ini, Bukit Darmo Property (BKDP) yang menguat  30 poin atau 34,88% menjadi Rp 116 per saham. Sedangkan saham yang masuk dalam top losers yakni Batavia Prosperindo International (BPII) yang melemah 800 poin atau menurun 6,96%.

Reporter: Zahwa Madjid