OJK Revisi Naik Target Penghimpunan Dana Pasar Modal Jadi Rp 182,5 T
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merevisi naik target penghimpunan dana dari pasar modal menjadi Rp 182,5 triliun sampai akhir 2022, atau naik sekitar 5% dari target awal yang disampaikan pada awal tahun ini.
Pada awal 2022, OJK menargetkan penghimpunan dana di pasar modal maksimal Rp 175 triliun sampai akhir tahun. Target tersebut lebih rendah dibanding realisasi penghimpunan dana di pasar modal pada 2021 yang mencapai Rp 363 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal dan Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi menyebutkan, penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 September 2022 tercatat sudah mencapai Rp175,34 triliun, dengan emiten baru sebanyak 48 emiten.
“Rising fund (penghimpunan dana) di pasar modal mencapai Rp 175,34 triliun dengan emiten baru tercatat hingga 48. Maka itu, kami naikkan targetnya menjadi Rp 182,5 triliun hingga akhir 2022 untuk rising fund," ujar Inarno dalam Konferensi Pers OJK, Senin (3/10).
Saat ini, menurut dia, masih terdapat 90 aksi korporasi untuk melakukan penawaran umum dengan total nilai sebesar Rp 61,31 triliun.
Terkait kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, Inarno melaporkan, kinerja indeks saham relatif stabil, ditopang oleh peningkatan kinerja keuangan emiten.
Dari 722 emiten yang tercatat di bursa saham yang telah menyampaikan laporan keuangan semester II 2022, sebanyak 479 emiten atau 66,34% menunjukkan peningkatan kinerja dengan pertumbuhan pendapatan tercatat sebesar 22,97% YoY dan peningkatan laba 74% YoY.
Kinerja indeks saham nasional juga masih stabil dibanding negara-negara di kawasan di tengah koreksi pasar keuangan global yang signifikan. Kinerja IHSG ditopang oleh kondisi perekonomian domestik yang relatif solid.
Hingga 30 September 2022, IHSG terkoreksi 1,92% dalam perhitungan bulan berjalan atau mont to date ke level 7.040 dengan investor non-residen mencatatkan aliran dana masuk atau inflow sebesar Rp 3,05 triliun.
Secara tahun kalender atau year to date, IHSG tercatat menguat 6,98% dengan investor non-resident membukukan beli bersih atau net buy sebesar Rp 69,47 triliun.
Di Pasar Surat Berharga Negara (SBN), investor non-residen mencatatkan aliran dana keluar atau outflow sebesar Rp 18,84 triliun month to date, sehingga mendorong rerata imbal hasil atau yield SBN naik sebesar 30,10 basispoin (bps) month to date di seluruh tenor.
Rerata yield SBN telah meningkat sebesar 79,73 bps dengan investor non-residen mencatatkan jual bersih sebesar Rp 150,67 triliun1.
Sebagai upaya pendalaman pasar, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan produk baru berupa Waran Terstruktur pada 19 September 2022. Pada peluncuran pertama, terdapat tiga seri Waran Terstruktur yang diterbitkan dan masing-masing ditawarkan sebanyak 30 juta unit. Hingga 30 September 2022, nilai transaksi Waran Terstruktur mencapai Rp 38,44 miliar.