Salah satu anak usaha Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli resmi melakukan tahapan penawaran publik perdana (Initial Public Offering/IPO).
Berdasarkan prospektus yang diumumkan di media, dalam gelaran IPO tersebut, Blibli akan melepas sebanyak 17,77 miliar saham. Jumlah ini setara dengan 15% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Adapun, harga penawaran untuk setiap saham adalah Rp 410 sampai dengan Rp460.
Para analis menilai, rencana IPO yang dilakukan Blibli juga menjadi perhatian pelaku pasar di tengah situasi global karena adanya ancaman resesi yang diperkirakan akan menjadi sentimen negatif. Maklum saja, calon emiten bersandi BELI ini akan menghimpun dana dalam jumlah besar di atas Rp 8 triliun.
Sebelum melakukan aksi korporasi IPO, Blibli, bersama dengan entitas perusahaan lainnya, PT Global Tiket Network atau Tiket.com, dan PT Supra Boga Lestari tbk (RANC), menjadi satu kesatuan dalam sebuah bisnis, bernama Bibli Tiket yang baru dipublikasikan pada hari Jumat (14/10).
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora, mengatakan pelaku pasar akan melihat perusahaan e-commerce yang telah melantai yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) danPT Bukalapak.com Tbk (BUKA). Hal tersebut karena pergerakan harga sahamnya saat ini masih turun dari harga IPO.
"Menurut kami para pelaku pasar akan bersikap wait and see terhadap IPO Blibli," kata Andhika saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (17/10).
Andhika juga mengatakan, harga yang ditawarkan oleh Blibli masih terbilang medium sehingga menarik untuk investor ritel.
Namun, katanya, dengan Bibli yang melakukan IPO diperkirakan akan disambut positif oleh para calon investor. Hal tersebut karena Blibli merupakan bagian dari Grup Djarum yang merupakan konglomerasi besar di Indonesia yang menjadikan sentimen positif.
Sedangkan, Analis Henan Putihrai, Jono Syafei mengatakan sentimen untuk sektor teknologi yang sedang kurang baik secara umum. "Untuk Blibli sendiri sama seperti emiten e-commerce yang sudah lebih dulu IPO (BUKA dan GOTO) masih mengalami kerugian," katanya kepada Katadata.co.id, Senin (17/10).
Dia melanjutkan, rencana penggunaan dana IPO yang sebagian besar untuk melunasi utang bank, menunjukkan bahwa perseroan berupaya untuk memperkuat neraca keuangan untuk menghadapi situasi global yang sedang kurang baik dengan ancaman resesi saat ini.
Rencananya, Blibli akan menggunakan dana Rp 5,50 triliun yang akan digunakan untuk pembayaran seluruh saldo fasilitas utang perbankan. "Sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha dan pengembangan usaha perseroan," ungkap manajemen Blibli.
Berdasarkan kinerja keuangan sampai dengan periode 30 Juni 2022, perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp 6,71 triliun, naik 123,77% dari periode yang sama di tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok Blibli juga meningkat 121,78% menjadi Rp 6,15 triliun dari sebelumnya Rp 2,77 triliun.
Selama enam bulan pertama, Blibli masih membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 2,48 triliun, naik signifikan dari periode semester pertama 2021 yang sebesar Rp 1,18 triliun.