Investor Asing Lepas Saham hingga Tembus Rp 1,33 Triliun

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (2/1/2023). Pada pembukaan perdagangan saham di awal tahun 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 8,51 poin atau 0,12 persen ke 6.842,11.
15/3/2023, 09.05 WIB

Data Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) memperlihatkan net foreign sell atau jual bersih dari investor asing di seluruh pasar mencapai hingga Rp 1,33 triliun pada perdagangan Selasa (14/3). Pelepasan saham oleh investor asing seiring dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup 2,14% ke level 6.641 dari harga tertingginya 6.786.

Investor asing turut terpantau melakukan jual bersih di pasar reguler hingga menembus Rp 1,46 triliun. Aksi jual tersebut tidak sebanding dengan net foreign buy atau beli bersih di pasar negosiasi dan tunai yang lebih rendah yaitu Rp 126,69 miliar.

Sebagaimana diketahui, merosotnya pasar saham Indonesia terutama pada sektor keuangan dimulai dari bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB). Tidak hanya di Indonesia, tergelincirnya SVB juga memberi dampak negatif terhadap sektor keuangan di pasar global. Adapun hampir seluruh saham bank merosot harganya.

Pada perdagangan kemarin, terpantau investor asing menjual saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 324,05 miliar saat melemah 2,48%. Lalu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), investor asing melepaskan sahamnya Rp 359,21 miliar seiring dengan pelemahan saham 2,63%.

Pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), investor asing menjual saham hingga Rp 182,76 juta saat sahamnya anjlok 4,11% atau auto reject bawah (ARB). Selanjutnya untuk PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), investor asing terpantau melakukan aksi jual saham Rp 38,53 miliar.

Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan, IHSG dan Bursa regional Asia mengalami aksi tekanan jual sehingga mendorong untuk menghindari masuk di aset berisiko.

"Hal ini seiring sikap pelaku pasar masih dipengaruhi kekhawatian sehubungan gejolak di sektor perbankan di Amerika Serikat (AS) yang terus bergaung di pasar global," katanya dalam riset resmi, Selasa (14/3).

Untuk informasi, SVB bekerja dengan hampir setengah perusahaan rintisan yang didukung usaha di Amerika Serikat. Kliennya mencakup 44% perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang didukung usaha yang go public, termasuk Pinterest dan ZipRecruiter.

Pada akhir Desember, Silicon Valley Bank memiliki total aset sekitar US$ 209 miliar. Lantas ini menjadikannya kegagalan terbesar kedua dari bank yang diasuransikan federal dalam sejarah AS, setelah Washington Mutual yang ambruk selama krisis keuangan tahun 2008.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail