Wall Street Menguat di Tengah Ekspektasi The Fed Tahan Suku Bunga

Pixabay/Rabbimichoel
Ilustrasi Bursa Wall Street
14/6/2023, 09.20 WIB

Tiga indeks acuan di Bursa Wall Street, Amerika Serikat kompak menguat pada perdagangan Selasa waktu setempat (13/6). Kenaikan ini seiring dengan tingkat inflasi yang hanya naik 0,1% pada Mei, meningkatkan ekspektasi bahwa The Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga bulan ini.

Kenaikan tahunan indeks harga konsumen adalah yang terkecil dalam lebih dari dua tahun. Tapi tekanan harga yang mendasari masih kuat, menunjukkan inflasi tidak akan mudah dingin dan akan membuka pintu untuk kenaikan Fed di masa depan.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq naik ke level tertinggi baru dalam satu tahun, membantu mengangkat indeks saham AS-sentris MSCI di seluruh dunia naik 0,84% hari ini, dan 11,8% untuk tahun ini, Di Eropa, indeks pan-regional STOXX 600 ditutup naik 0,55%, sementara di Wall Street Dow Jones Industrial Average naik 0,43%, S&P 500 naik 0,69% dan Nasdaq Composite naik 0,83%.

Ekspektasi The Fed akan mempertahankan tingkat targetnya tidak berubah pada hari Rabu di kisaran 5%-5,25% naik menjadi 91,9%. Tetapi kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan Fed yang berakhir pada 26 Juli naik menjadi 60,1% berdasarkan proyeksi CME FedWatch.

Kepala Ekonom AS di SMBC Nikko Securities Joseph LaVorgna mengatakan, kekuatan ekonomi akan menentukan apakah Fed menaikkan lagi akhir tahun ini.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,28% karena perbedaan suku bunga turun menjelang kemungkinan kenaikan oleh Bank Sentral Eropa. Kemungkinan Bank of England minggu depan. Bank of Japan diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgar pada hari Jumat.

Baik euro dan sterling kemungkinan akan terus menguat terhadap dolar, tetapi faktor yang lebih penting adalah Cina, kata Thierry Wizman, ahli strategi FX dan suku bunga global Macquarie.

"Cina adalah kuncinya. Jika kita mulai melihat pertumbuhan dan stimulus dari Cina, dolar akan melemah lagi seperti melemahnya pada bulan Maret dan April ketika semua orang yakin Cina akan melihat pertumbuhan yang kuat," katanya, mengutip Reuters Rabu (14/6).

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail