Pertamina Hulu Energi Akan Jual Maksimal 10% Saham ke Publik Tahun Ini

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Seapup 1 Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) saat perawatan salah satu sumur minyak dan gas di lepas pantai utara Indramayu, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).PHE ONWJ berhasil mencapai produksi pada tahun 2022 sebesar 27.593 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan 74,49 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas.
15/6/2023, 20.47 WIB

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury, mengatakan PT Pertamina Hulu Energi atau PHE berencana melepas 5%-10% saham pada penawaran saham perdana ke publik alias initial public offering (IPO) tahun ini.

Jumlah tersebut lebih kecil dari perkiraan pelepasan 10%-15% saham perusahaan yang dikatakan oleh Direktur Utama PT PHE, Wiko Migantoro pada akhir tahun lalu.

Pahala mengatakan, Kementerian BUMN telah menyelesaikan tahap registrasi pertama dan kedua kepada OJK. Selanjutnya, perusahaan akan menyampaikan rentang harga IPO yang diharapkan selesai dalam waktu dekat.

"Antara 5% sampai 10% saham yang kami lepas," kata Pahala di Gedung Nusantara I DPR Jakarta pada Kamis (15/6).

Subholding upstream PT Pertamina itu dikabarkan membidik dana segar IPO untuk membayar utang dan belanja modal atau capital expenditure (capex).

Mengutip Reuters, PHE telah memulai roadshow edukasi investor pada akhir Maret lalu menjelang IPO. PHE menargetkan dana jumbo hingga US$ 2 miliar dalam aksi korporasi tersebut.

Pahala enggan mengatakan detil target besaran dana saat dikonfirmasi wartawan. "Kalau target nanti kami lihat market-nya," ujarnya.

Kementerian BUMN sejauh ini telah menggandeng lembaga keuangan maupun perbankan domestik dan internasional seperti Citibank, JPMorgan Chase & Co, Credit Suisse, Mandiri Sekuritas hingga Danareksa sebagai penasihat atau advisor PHE sebelum melaksanakan IPO.

Lebih lanjut, Pahala juga belum memberikan kepastian termin pelaksanaan IPO PHE. Menurutnya, Kementerian BUMN dan Pertamina masih menunggu waktu dan momentum yang tepat untuk mendapatkan hasil yang optimal.

"Namanya aksi korporasi pasar modal memang harus tunggu waktu yang tepat," kata Pahala.

Sebelumnya, Pahala menyampaikan bahwa PHE memiliki utang US$ 4,5 miliar atau setara Rp 70,2 triliun (kurs Rp 15.600). Sedangkan kebutuhan untuk belanja modal US$ 4 miliar – US$ 6 miliar (Rp 60 triliun – Rp 90 triliun) per tahun.

Besaran belanja modal itu diproyeksikan meningkat menjadi US$ 15 miliar atau Rp 234 triliun pada 2024. IPO merupakan salah satu upaya perusahaan meningkatkan sumber pendanaan dari luar holding PT Pertamina.

Menurut dia, Sebab Pertamina kini harus menanggung beban keuangan yang cukup berat. “Utang US$ 4,5 miliar. Maka IPO jadi suatu kebutuhan bagi PHE untuk menghimpun dana lewat pasar modal. Kalau terlalu bergantung pada utang tidak bagus," kata Pahala usai Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (7/12/2022).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu