Indeks saham utama bursa Amerika Serikat, Wall Street ditutup melemah tajam pada hari Selasa (16/8). Pelemahan terjadi setelah data penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan memicu kekhawatiran mengenai kebijakan suku bunga tinggi The Fed akan bertahan lebih lama.
Laporan Departemen Perdagangan menunjukkan penjualan ritel tumbuh 0,7% bulan lalu terhadap ekspektasi kenaikan 0,4%, menunjukkan ekonomi AS tetap kuat.
Setelah data tersebut, para analis dan pelaku pasar meyakini mengenai jeda kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat tetap utuh pada level 89%. Namun, investor khawatir suku bunga dapat bertahan pada level saat ini lebih lama dari yang diantisipasi.
Bank melihat beban penjualan karena investor semakin cemas tentang suku bunga. Kurva imbal hasil Treasury AS telah terbalik selama lebih dari setahun, dengan obligasi jangka panjang menghasilkan kurang dari instrumen utang jangka pendek. Situasi yang terus-menerus ini menekan keuntungan yang dapat diperoleh bank dari pinjaman.
Selasa waktu setempat, indeks S&P 500 ditutup di bawah rata-rata pergerakan 50 hari untuk pertama kalinya sejak Maret. Nasdaq turun 1,14% menjadi 13.631,05 poin, sementara Dow Jones Industrial Average turun 1,02% menjadi 34.946,39 poin.
Volume di bursa AS relatif ringan, dengan 10,1 miliar saham diperdagangkan, dibandingkan dengan rata-rata 10,9 miliar saham selama 20 sesi sebelumnya.
Sementara itu, bank-bank besar AS turun karena terdapat laporan bahwa Fitch dapat menurunkan peringkat beberapa pemberi pinjaman. Laporan lembaga pemeringkat Fitch mengatakan dapat menurunkan peringkat beberapa bank. Saham JPMorgan Chase turun 2,5%, Bank of America turun 3,2% dan Wells Fargo juga turun 2,3%.
Indeks perbankan S&P 500 mencapai level terendah satu bulan, turun 2,75%, sedangkan indeks perbankan regional KBW juga anjlok 3,4%
Semua 11 sektor utama S&P 500 turun, dengan saham energi (.SPNY) memimpin penurunan karena melemahnya harga minyak mentah.
Saham teknologi bernasib sedikit lebih baik, berkat kenaikan 0,4% saham Nvidia setelah UBS dan Wells Fargo menaikkan target harga mereka pada saham tersebut.