Wall Street Melemah Terimbas Kenaikan US Treasury dan Harga Minyak

Pixabay/Rabbimichoel
Ilustrasi Bursa Wall Street
Penulis: Syahrizal Sidik
6/9/2023, 08.17 WIB

Bursa saham utama Wall Street, Amerika Serikat, kompak melemah pada perdagangan Selasa waktu setempat (5/9). Pelemahan tersebut lantaran imbal hasil obligasi pemerintah Amerika yang meningkat di tengah kenaikan harga minyak dunia.

Dow Jones Industrial Average turun 195,74 poin, atau 0,56%, menjadi 34.641,97, S&P 500 kehilangan 18,94 poin, atau 0,42%, pada 4.496,83 dan Nasdaq Composite turun 10,86 poin, atau 0,08% menjadi 14.020,95.

Di antara 11 sektor utama S&P, sektor energi kemarin mengalami kenaikan terbesar, ditutup naik 0,5% setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan. Arab Saudi dan Rusia sebelumnya mengumumkan perpanjangan baru pengurangan pasokan sukarela mereka.

Sedangkan, sektor material yang sensitif secara ekonomi dan industri melemah sepanjang sesi dengan penurunan masing-masing sebesar 1,8% dan 1,7%. Utilitas yang sensitif terhadap suku bunga kehilangan 1,5%.

Pekan sebelumnya, tiga indeks saham Wall Street mencatat kenaikan di tengah harapan bagi The Fed yang tidak terlalu hawkish atau menerapkan kebijakan moneter ketat. Namun, sentimen tersebut telah memudar pada awal pekan ini.

Imbal hasil Treasury AS naik setelah data ekonomi menunjukkan ketahanan dan Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan hal ini menunjukkan bahwa bank sentral tidak perlu mengubah suku bunga dalam waktu dekat.

“Salah satu alasan mengapa saham kesulitan untuk mencapai kemajuan adalah karena suku bunga terus meningkat dan memberikan alternatif yang baik terhadap saham,” kata Ahli Strategi Pasar Murphy & Sylvest Wealth Management, Paul Nolte, dikutip dari Reuters, Rabu (6/9).

Dengan menguatnya harga minyak mentah AS pada hari Selasa, Nolte juga menyebutkan penguatan harga minyak baru-baru ini sebagai penghambat upaya The Fed untuk mendorong inflasi kembali ke 2%.

"Semua orang mengharapkan The Fed untuk mundur atau mulai menurunkan suku bunganya. Itu mungkin tidak terjadi," katanya.

Pelaku pasar memperkirakan, The Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan kebijakan bulan September mencapai 93%, sementara mereka memperhitungkan peluang sekitar 54% untuk jeda pada bulan November, berdasarkan proyeksi FedWatch dari CME Group.

Seiring dengan volume perdagangan yang relatif ringan sehari setelah libur Hari Buruh pada hari Senin, Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, juga mencatat bahwa The Fed harus melihat data yang akan datang seperti pembacaan inflasi bulan Agustus sebelum membuat keputusan suku bunga akhir bulan ini.