Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat, menguat pada akhir perdagangan Jumat (8/9) di tengah penurunan mingguan tiga indeks utama. Fenomena ini dipengaruhi kecemasan investor terhadap suku bunga yang tinggi dan kekhawatiran terhadap inflasi yang akan datang.
Dalam penutupan bursa, Indeks Dow Jones Industrial Average terpantau berada di 34.576,59 poin, melanjutkan tren penurunan mingguan sebesar 0,8%. Indeks S&P berada di 4.457,49 poin, tergelincir 1,3% dan Indeks Komposit Nasdaq bertengger di 13.761,53 poin, turun 1,9%.
Sektor teknologi S&P 500 ditutup menguat setelah kehilangan 2,9% dalam dua sesi. Sementara itu, sektor energi mencatat kenaikan terbesar di antara sektor industri S&P 500 sebesar 0,97% karena didorong kenaikan harga minyak.
Komentar beragam dari para pejabat The Fed memicu ketidakpastian pasar. Presiden Fed New York John Williams mengisyaratkan ada perubahan suku bunga. Sementara Presiden Fed Dallas Lories Logan mengatakan 'mungkin tepat' untuk mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya.
Tak hanya itu, ia mengatakan pengetatan lebih lanjut sangat mungkin diperlukan. Selama sepekan, 8,89 miliar saham berpindah tangan sementara rata-rata pergerakan 9,96 miliar dalam 20 sesi terakhir.
Sementara itu, harga emas menguat tipis pada penutupan Jumat (8/9), menghentikan penurunan tiga sesi beruntun. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange terpantau naik 20 sen atau 0,01% dan ditutup pada US$ 1.942,70 per ons. Selama perdagangan, harga emas menyentuh level tertinggi pada US$ 1.954,00 dan terendah pada US$ 1.940,80.
Pada perdagangan sesi sebelumnya, emas berjangka turun US$ 1,70 ke US$ 1.942,50 atau tergelincir 0,09% dan mencatatkan penurunan berturut-turut sepanjang pekan sebelum penutupan pada Jumat. Harga emas penutupan tercatat naik beberapa sen lebih tinggi setelah mengalami penurunan hingga ke level terendah dalam dua minggu pada Kamis (7/9).
Akibatnya secara keseluruhan, emas membukukan kerugian mingguan sebesar 1,2%. "Logam mulia telah berada di bawah tekanan jual baru pada minggu ini sebagian besar karena penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah," kata David Russell, CEO GoldCore, dikutip dari Antara.