24 Emiten Antre Rights Issue, Sektor Barang Konsumen Paling Dominan
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 24 perusahaan berada dalam pipeline untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue sampai dengan Sabtu, 8 September 2023.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyatakan hingga saat ini terdapat 26 emiten yang sudah menggalang dana melalui rights issue di bursa dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp 37,3 triliun.
Menurutnya, dari pipeline rights issue yang ada, perusahaan di sektor barang konsumen non primer memberi andil terbanyak 8 perusahaan, kemudian 5 perusahaan berasal dari sektor keuangan. Lalu, masing-masing terdapat 4 perusahaan di sektor energi dan sektor barang konsumen primer.
Selanjutnya, terdapat 1 perusahaan yang disumbang dari sektor barang baku, infrastruktur, sektor transportasi dan logistik. Sedangkan, aksi korporasi dari sektor kesehatan, industri, properti dan real estate, dan sektor teknologi masih nihil.
Untuk diketahui, rights issue merupakan penawaran umum terbatas untuk saham. Rights issue dilakukan perusahaan untuk mendukung rencana aksi korporasi tertentu atau menambah modal kerja. Aksi korporasi ini dapat dilakukan oleh perusahaan yang sudah tercatat di BEI untuk menghimpun dana selain menerbitkan surat utang.
Terdapat beberapa emiten yang menggelar rights issue pada tahun ini. Misalnya, emiten pengembang properti milik Aguan, PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) atau PIK 2 yang berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 8 miliar saham baru dalam rangka rights issue guna memperkuat struktur permodalan.
Kemudian, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mendapatkan persetujuan untuk melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru untuk menggenjot ekspansi kreditnya.
Sementara itu, perusahaan lainnya yang juga melaksanakan rights issue ialah bank milik konglomerat Tahir, PT Bank Mayapada Tbk (MAYA), berencana menambah modal dengan skema rights issue sebanyak-banyaknya 27 miliar saham untuk menambah modal inti.