Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup beragam pada perdagangan saham awal pekan, Senin (2/10). Hal itu di tengah kesepakatan jangka pendek yang mencegah penutupan pemerintah atau government shutdown.
Indeks Dow Jones turun 0,22% ke posisi 33.433,35. Indeks S&P 500 menguat tipis 0,01% ke posisi 4.288,39 dan Indeks Nasdaq juga naik 0,67% ke posisi 13.307,77. Nasdaq mencatat kenaikan dalam empat hari berturut-turut.
Senior Investment Strategist Charles Schwab Kevin Gordon mengatakan, secara historis pasar tidak peduli terhadap penutupan pemerintahan. Ia mencatat kinerja rata-rata S&P 500 dari awal hingga akhir penutupan pada dasarnya mendatar pada masa lalu.
“Saya pikir kondisi yang kita hadapi dan di sekitar jauh lebih penting. Jadi saat kita memasuki akhir tahun, jika kita tidak melihat ada perbaikan di bidang utama perekonomian, seperti perumahan dan manufaktur, dan jika kita mulai melihat lebih banyak kesenjangan dalam hal tenaga kerja, saya pikir hal tersebut akan lebih berdampak,” ujar Gordon dikutip dari CNBC, Selasa (3/10).
Indeks Russell 2000 yang fokus pada perusahaan kecil melemah 1,6% dan sepanjang 2023 melemah 0,3%. Hal ini menandai pertama kalinya indeks berubah menjadi negatif pada 2023. Ini menekankan ada masalah di antara saham kapitalisasi kecil.
Indeks Russell 2000 sering dianggap sebagai wawasan yang lebih baik mengenai kesehatan perekonomian yang lebih luas karena fokus pada usaha kecil.
Pergerakan Wall Street terjadi di tengah kenaikan imbal hasil obligasi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 4,7% ke level tertingginya, menandai level tertinggi sejak Oktober 2007.
Sektor saham teknologi, komunikasi dan konsumen merupakan sektor saham yang positif. Sektor saham layanan komunikasi menguat 1,5%. Begitupun sektor saham jasa komunikasi juga naik 1,5%. Lalu sektor saham teknologi bertambah 1,3%. Kemudian sektor saham konsumsi menguat tipis 0,3%.