IHSG Turun 1%, Semua Sektor Saham Terjebak di Zona Merah

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Karyawan berjalan di depan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (17/5/2023).
4/10/2023, 12.51 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,05% ke level 6.867 pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (4/10).

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi saham hari ini tercatat Rp 6,75 triliun dengan volume 14,12 miliar saham dan frekuensi sebanyak 871.493 kali.

Tercatat 433 saham terkoreksi, 109 saham menguat, dan 190 saham tidak bergerak. Sedangkan untuk kapitalisasi pasar IHSG pada hari ini menjadi Rp 10.251,85 triliun.

Senada pergerakan bursa Asia juga mayoritas berjatuhan. Adapun Nikkei 225 anjlok 1,79%, Hang Seng melemah 0,82%, dan Straits Times merosot 1,49%. 

Sebelas atau seluruh sektor perdagangan di bursa Tanah Air kompak berada di zona merah. Dipimpin oleh sektor industri dasar yang anjlok 2,84%. Adapun saham di sektor industri dasar yang berada di zona merah misalnya, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) anjlok 6,73% atau 14 poin menjadi Rp 194 per saham.

Lalu PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) melemah 5,45% atau 500 poin menjadi Rp 8.675 per saham. Selanjutnya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) terperosok 6,20% atau 85 poin ke level Rp 1.285 per saham. 

Analis Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih memproyeksikan hari ini IHSG bergerak melemah. Ada beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini. Dari dalam negeri, indeks PMI manufaktur Indonesia periode September 2023 tercatat sebesar 52,3.  

Hasil tersebut turun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 53,9, sekaligus berada pada level terendah sejak Mei 2023. Lalu pertumbuhan output produksi dan pesanan baru melemah, sedangkan ekspor mengalami perbaikan.

Dari mancanegara, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve mengisyaratkan tren suku bunga tinggi akan berjalan lebih lama, bahkan kenaikan suku bunga lanjutan diperlukan jika data menunjukan bahwa penurunan inflasi terhenti. 

"Akibat pernyataan tersebut, imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun terakselerasi di level 4,79% dan menjadi yang tertinggi sejak 2007," tulisnya dalam riset, Rabu (4/10). 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail