Bursa saham Wall Street, Amerika Serikat (AS) menguat lebih dari 1% Selasa kemarin menjelang pertemuan The Federal Reserve yang dijadwalkan pada Rabu (1/11) ini yang akan mengumumkan mengenai arah kebijakan suku bunga acuan.
Wall Street berhasil bangkit setelah pekan sebelumnya merosot tajam lantaran dibayangi kekhawatiran pasar perihal suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama. Pekan ini, investor menantikan rilis data ekonomi dan kinerja keuangan emiten berkapitalisasi pasar besar seperti Apple dan Caterpilar yang akan diumumkan pekan ini.
Pada Selasa waktu setempat (30/10), indeks Dow Jones Industrial Average naik 511,37 poin atau 1,58% menjadi 32.928,96, S&P 500 menguat 49,45 poin atau 1,20% menjadi 4.166,82, dan Nasdaq Composite bertambah 146,47 poin atau 1,16% menjadi 12.789,48.
Wakil presiden senior di Wealthspire Advisors, di New York, Oliver Pursche, memperkirakan, bank sentral AS akan tetap mempertahankan suku bunga di level 5,25%-5,50%.
“The Fed ingin melihat dampak kumulatif dari kenaikan suku bunga terhadap perekonomian, namun mereka juga mengatakan bahwa mereka siap untuk menaikkan suku bunga yang lebih tinggi dengan sangat hati-hati, selama inflasi berada di atas 3%,” kata Pursche seperti dikutip Reuters, Selasa (31/10).
Sementara di pasar obligasi AS, tingkat imbal hasil menurun usai Departemen Keuangan mengumumkan bahwa mereka berencana untuk meminjam $76 miliar lebih rendah pada kuartal ini. Hal Ini dikarenakan ekspektasi penerimaan pendapatan yang lebih tinggi.
Departemen Keuangan memperkirakan akan meminjam US$ 776 miliar pada kuartal keempat. Nilai ini turun dari US$852 miliar pada kuartal sebelumnya, dengan asumsi saldo kas akhir Desember sebanyak US$750 miliar.
Akibatnya, tingkat imbal hasil pada obligasi Treasury dengan jangka waktu 10 tahun naik sebesar 4,1 basis poin dan mencapai 4,886%, setelah sebelumnya mencapai 4,922%. Pada minggu sebelumnya, tingkat imbal hasil obligasi acuan mencapai level tertinggi dalam 16 tahun pada 5,021%.
Di sisi lain, nilai yen terhadap dolar meningkat ke level tertinggi dalam dua minggu. Hal ini disebabkan Bank of Japan (BOJ) tengah mempertimbangkan untuk menyesuaikan kebijakan kontrol kurva imbal hasil.
Hal ini memungkinkan agar imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik di atas 1%, mendorong yen ke 148,81 per dolar ke level terkuat sejak 17 Oktober. Sebelumnya Greenback terakhir turun 0,4% pada 149,05 yen.
Sebelumnya Bank of Japan (BOJ) memulai pertemuan selama dua hari untuk membahas kebijakan moneter pada Senin (30/10). Lonjakan suku bunga global baru-baru ini telah meningkatkan tekanan pada BOJ demi mengubah kebijakan pengendalian imbal hasil obligasi.
Kepala Strategi Pasar Bannockburn Global Forex di New York, Marc Chandler menyebut dolar akan kembali menguat terhadap yen. "Jika BOJ tidak melakukan apapun besok, yang menurut saya itulah yang diharapkan oleh para ekonom, dan hanya menunggu hingga Desember," kata Chandler.
Saat ini, nilai indeks dolar menurun sebanyak 0,469%, sementara euro terapresiasi sebesar 0,51% dan mencapai nilai US$ 1,0618.