Bursa Amerika Serikat (AS) di Wall Street, New York, berakhir dengan positif pada Kamis (28/12). Indeks Dow Jones mencapai level penutupan tertinggi baru, sementara S&P 500 hampir menyentuh rekor penutupan pada Januari 2022 dengan hanya kurang dari 0,5% lagi.
Baik Dow Jones maupun Nasdaq telah mencatatkan reli selama delapan minggu berturut-turut dan hal ini merupakan yang terpanjang sejak 2017.
Mengutip CNBC pada Kamis (28/12), S&P 500 naik 0,14% dan berakhir di 4.781,58 dan Nasdaq Composite tumbuh 0,16% ditutup pada 15.099,18. Sedangkan Dow Jones Industrial Average naik tipis 111,19 poin, atau 0,3% berakhir di 37.656,52.
Menurut Kepala Strategi Investasi CFRA, Sam Stovall, pasar tengah berusaha keras untuk mencapai target sebelum tahun berakhir. “Setelah mencapai level tertinggi baru sepanjang masa, pasar mungkin mengalami rentan terhadap periode koreksi atau penurunan,” kata Stoval dikutip CNBC pada Kamis (28/12).
Di samping itu, saham telah menunjukkan kinerja yang sangat kuat sepanjang tahun ini. Dow dan S&P 500 diperkirakan akan menutup tahun 2023 dengan lonjakan sekitar 13% dan 24% masing-masing.
Sementara itu, Nasdaq Composite telah melesat 44%, unggul di tengah pemulihan saham teknologi mega-kapitalisasi dan kepopuleran dalam sektor kecerdasan buatan. Indeks yang terdiri dari perusahaan-perusahaan teknologi ini bahkan berada pada jalur kenaikan terbesar secara tahunan sejak 2003, ketika indeks tersebut melonjak 50%.
Saat ini, berdasarkan data dari Stock Trader's Almanac sejak 1950, saham-saham tengah mengalami "rally Sinterklas," periode lima hari terakhir di akhir tahun dan dua hari pertama di awal tahun baru. Seiring dengan hal itu, S&P 500 telah menunjukkan kenaikan sekitar 1,3% selama periode ini.
Terlepas dari sentimen optimis, kata Stovall, beberapa orang di Wall Street khawatir bahwa pasar mungkin terlalu optimis, yang dapat menyebabkan kekecewaan jika Federal Reserve mulai menurunkan suku bunga lebih lambat dari ekspektasi.
Selain itu, menurut alat FedWatch CME Group, harga Fed funds futures mencerminkan probabilitas penurunan suku bunga yang signifikan pada awal Maret mendatang.
Manajer Portofolio dan Kepala Strategi Pasar di Kayne Anderson Rudnick, Julie Biel, khawatir tentang ekspektasi yang berlebihan saat ini.
Ia mengatakan tingginya ekspektasi selalu membuatnya gugup karena takut hal itu bisa berujung pada kekecewaan.“The Fed tampaknya masih sangat ingin untuk tidak melakukan kesalahan seperti pada tahun 1970-an,” ujar Biel.
Menurut Stovall dari CFRA, terdapat catatan bahwa 90% saham dalam S&P 500 diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari, menunjukkan adanya "sedikit buih" di pasar.
Selain itu, data sentimen bullish terbaru juga menunjukkan adanya kegembiraan yang berlebihan, yang bisa menyebabkan para investor menjadi rentan terhadap risiko "tersesat" oleh peristiwa-peristiwa yang tidak terduga.