Emiten teknologi PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) kini punya pemegang saham baru dengan jumlah jumbo. Nama UBS AG Hongkong muncul sebagai pemegang saham di atas 5% usai memborong 9,06 miliar atau setara 8,79% saham Bukalapak.
Berdasarkan data KSEI terkait kepemilikan 5% saham atau lebih semua emiten dikutip Sabtu (16/3), per 14 Maret 2024 UBS AG Hongkong memiliki 8,79% saham BUKA, dari posisi 13 Maret 2023 yang belum tercantum.
UBS AG Hongkong merupakan bagian dari raksasa perbankan Swiss UBS Group AG. Adapun saat ini pemegang saham terbesar BUKA masih dikuasai oleh PT Kreatif Media Karya dengan kepemilikan 25,38 miliar atau setara 24,62%. Disusul Archipelago Investment PTE LTD dengan 9,73 miliar lembar saham atau 9,44%.
Sementara dalam Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek yang berakhir pada 29 Februari 2024, pemegang saham BUKA mengalami penurunan 1.244 menjadi 82.813 dari bulan sebelumnya 84.057.
Penerima manfaat akhir dari kepemilikan saham adalah Eddy Sariaatmadja yang tak lain adalah pendiri PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Lalu pemegang saham pengendali PT Bukalapak.com Tbk adalah PT Kreatif Media Karya (KMK). KMK merupakan induk usaha digital milik grup EMTK alias Emtek.
Di sisi lain Bukalapak ternyara baru menggunakan 56% dari dana hasil penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Padahal, Bukalapak telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dua setengah tahun dan tercatat sebagai IPO terbesar sepanjang sejarah.
BUKA unicorn Indonesia pertama yang melantai pada 8 Agustus 2021 berhasil mengumpulkan dana investor senilai Rp 21,90 triliun sebelum dikurangi biaya emisi dan lain-lain.
Dalam keterbukaan informasi BEI 7 Februari 2024, BUKA mengungkapkan total dana IPO yang diperoleh setelah dikurangi biaya emisi dan lain-lain mencapai Rp 21,32 triliun. Hingga akhir 2023 dana IPO tersebut masih tersisa Rp 9,34 triliun.
Secara rinci BUKA telah menggunakan Rp 5,57 triliun untuk modal kerja perusahaan. Sekitar Rp 1 triliun untuk modal kerja lima entitas anak dan Rp 5,40 triliun untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha selain yang telah disebutkan.
Terkait investasi Rp 213,26 miliar yang belum direalisasikan sama sekali ke PT Buka Investasi Bersama (BIB), BUKA mengungkapkan hal itu karena kondisi kas masih kuat.
“Pada tahun 2024, perseroan akan terus mengkaji dan menelaah potensi yang tersedia, termasuk melalui pembelian saham dan atau aset, maupun penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, termasuk dalam rangka pengambilalihan, pendirian usaha patungan serta metode lainnya guna mengembangkan usaha perseroan dan entitas anak,” kata Corporate Secretary Bukalapak.com Teddy Nuryanto Oetomo.
Sebagai catatan, sesuai prospektus IPO rencana penggunaan dana penawaran umum perdana saham perseroan untuk modal kerja entitas anak akan direalisasikan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2025.
“Perseroan akan menggunakan dana tersebut secara hati-hati sehingga dapat menghasilkan keuntungan terbaik bagi para pemegang saham dan pemangku kepentingan perseroan,” ujarnya.
Menilik data perdagangan BEI, saham BUKA pada akhir pekan ini Jumat (15/3) ditutup turun 2% ke level Rp 147 per lembar. Adapun selama sebulan saham BUKA sudah anjlok 15,52% dan terjun 41,20% dalam setahun.